
Ayo ke Pantai Taman Pacitan, Berwisata Sembari Menyelamatkan Penyu
Tidak hanya berjuang untuk menyelamatkan salah satu hewan yang dilindungi, konservasi penyu di Pantai Taman Pacitan menjadi daya tarik wisata sendiri.
Halo Berita
Halopacitan, Pacitan—Penyu, merupakan salah satu hewan langka yang dilindungi. Masalahnya, ada banyak pihak yang memburu binatang ini, termasuk telur-telurnya untuk dijual.
Sekelompok orang yang peduli dengan kelestarian binatang ini pun harus berjuang keras untuk menyelamatkannya. Bahkan dengan biaya yang terbatas.
Salah satu konservasi penyu terdapat di Pantai Taman Pacitan. Sejumlah warga bergabung dalam kelompok yang bergerak dalam upaya tersebut. Pantai Taman terletak di timur Kota Pacitan. Terletak di Dusun Taman Desa Hadiwarno Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Suyanto (47) pengelola tempat Konservasi Penyu mengatakan jika dulu ada sekitar 30 orang yang ikut gabung dalam program konservasi penyu. Tetapi sekarang tinggal beberapa saja yang bertahan. Dikarenakan minimnya uang kas maupun biaya untuk perawatan sehari-hari.
“Dulu banyak anggota di penangkaran ini, tapi sekarang hanya tinggal beberapa orang yang masih bergabung. Ya kan kita pengelolaannya swadaya aja, untuk gaji mungkin tidak ada tapi saya sendiri hanya fokus untuk budidaya ini saja, sayang kalau harus berhenti kan sudah di bantu Dinas Kelautan untuk tempatnya,” katanya kepada Halopacitan, Minggu (28/01/2018).
Program konservasi penyu ini dimulai sekitar akhir 2012 melibatkan Dinas Kelautan Pacitan dan menggandeng Tim Ekspedisi Biokonservasi (TEB) – Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (LPSK) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Tempat penetasan telur penyu/Roby Hermanzah
Ditempat ini terdapat fasilitas kolam untuk karantina penyu dan penetasan telur. Sehinga pengunjung bisa berfoto berasama penyu di kolam karantina. Dikarenakan bukan musim bertelur, pengunjung hanya akan bertemu dengan penyu dewasa dan tukik yang masih dalam karantina.
Penyu-penyu dewasa biasanya akan naik ke pantai pada bulan kelima untuk bertelur dengan membuat lubang di pasir. Binatang ini kemudian meninggalkan telurnya begitu saja setelah ditimbun pasir dan kembali ke pantai. Secara alami, telur-telur tersebut akan menetas dan secara alami pula tukik, atau anak penyu tersebut akan kembali ke pantai.
Jika tidak diselamatkan, biasanya akan diburu oleh para pencari telur penyu. Untuk itu tim konservasi harus menjaga penyu saat bertelur dan kemudian memindahkannya ke kandang penetasan sampai menetas dan memelihara tukiknya hingga layak untuk dilepasliarkan.

Sebelum dilepasliarkan, anak penyu yang disebut tukik dipelihara hingga cukup kuat untuk hidup di alam bebas/Roby Hermanzah
“Dalam masa pengeraman telur akan menetas dalam waktu 45-60hari. Suhu sarang akan menentukan jenis kelamin tukik. Untuk suhu rendah akan menghasilkan banyak tukik jantan dan sebaliknya,” kata Suyatno.
Untuk bisa muncul kepermukaan tukik biasanya keluar pada hari ketiga maupun seminggu dan akan langsung menuju ke laut. Di Pantai Taman sendiri terdapat dua jenis penyu yaitu penyu Lekong dan penyu Belimbing.
“Sebenarnya tidak ada kendala yang begitu berat, hanya butuh untuk pakan saja. Tetapi untuk biaya pakan dari penjualan tiket masih kurang banyak. Dan berharap ada pihak yang membantu,'' imbuhnya.

Tukik atau anak penyu/Roby Hermanzah
Biaya masuk untuk melihat konservasi penyu memang sangat murah yakni hanya Rp2.000 saja. Tidak hanya bisa melihat bagaimana proses konservasi, pengunjung juga bisa berfoto dengan binatang yang bisa berumur hingga ratusan tahun tersebut.
Marina pengunjung tempat konservasi penyu mengaku mendukung kegiatan ini, selain juga bisa berlibur bisa mendapat edukasi tentang penangkaran maupun perawatan penyu.
“Saya mengajak anak dan suami saya mas, mumpung lagi libur. Sekalian memberi pengetahuan anak saya tentang hewan, terutama penyu ini,'' katanya. Sayangnya belum banyak pengunjung di tempat konservasi ini yakni baru sekitar 20-50 pengunjung perminggu. (Roby Hermanzah)
