Halopacitan, Arjosari—Ratusan masyarakat datang dan pergi di kediaman kyai karismatik tersebut selama Lebaran. Pada setiap tamunya, KH Amak Haris Dimyati atau Gus Amak selalu menyampaikan tausiah kepada para tamunya.
Salah satunya Gus Amak mengatakan ibadah puasa merupakan penataran besar yang diselenggarakan oleh Allah, dan hanya orang-orang yang kuat imannya yang memperoleh tiket untuk menjalankan puasa.
"Banyak orang Indonesia yang meng-amanukan [mengimankan] dirinya, mengislam-islamkan dirinya, tapi oleh Allah sendiri sama sekali tidak dilihat. Banyak kita lihat kondisi Indonesia sekarang ini, banyak orang berambisi ingin jadi kyai, ingin jadi tokoh, dan sebagainya," kata Gus Amak saat memberikan tausiahnya Senin (18/06/2018) malam.
"Di Pacitan ini baru muncul orang yang mengaku-ngaku katanya dirinya keturunan Sunan Ampel, parahnya lagi seperti itu di Pacitan punya jamaah dan juga diikuti orang," ujarnya.
Menurutnya, orang yang mengaku-ngaku kyai, ulama, ustaz dan sebagainya itu tidak pantas. Dia mengatakan 23 tahun lalu Kiai Ali Maksum pernah mengatakan "Yen nganti wong Pacitan mboten gondelan karo agemane mbah Dim Tremas mesti mrucut [Kalau sampai orang Pacitan tidak berpegangan pada bajunya Mbah Dim Tremas, pasti lepas]." Kyai Ali Maksum adalah salah satu pempimpin Pondok Pesantren Al Munawir, Krapyak Yogyakarta yang pernah nyantri di Tremas.
"Mrucutnya itu tidak punya malu, seperti mengaku-aku kyai, ulama, ustaz, mengaku orang hebat, dan sebagainnya.”
Oleh karena itu Gus Amak mengimbau dan juga mengajak kepada warga Pacitan semuanya untuk selalu berpegang pada baju mbah Dimyati,
"Ayo wong Pacitan do gondelan klambine mbah Dim Tremas, itu sudah lebih dari cukup, insyaallah mata kita akan ditunjukkan jalan yang lurus dan jangan berpegang sama baju orang yang tidak jelas," pungkasnya.
Sejumlah warga yang hadir mengaku mendatangi kyai saat Lebaran menjadi hal yang dia prioritaskan. "Berharap doa dari kyai ataupun ulama lebih barokah, tanpa ilmu dari kyai dan ulama, kita tidak tahu apa-apa," kata Hendri Cahyono. (Sigit Dedy Wijaya)