Halopacitan, Tulakan- Para ibu yang tergabung dalam pengurus Posyandu Dahlia yang ada di Dusun Sepang, Desa Tulakan, Kecamatn Tulakan, Pacitan membuktikan cara menangani masalah sampah yang tidak hanya untuk menjaga lingkungan, tetapi juga memberikan hasil secara ekonomi.
Mereka mereka mengajak para orangtua yang anaknya masih balita di wilayah layanan Posyandu tersebut untuk mengelola sampah dengan baik. Sebelumnya sampah warga Dusun Sepang dikelola dengan cara dibakar, namun untuk diketahui, membakar sampah adalah hal yang paling dilarang dalam hal pengelolaan sampah. Asapnya, yang kadang mengandung racun berbahaya dari bahan yang dibakar akan merusak udara.
Setelah melakukan sejumlah kajian, maka para ibu-ibu ini kemudian membangun Bank Sampah sebagai solusi tepat untuk pengelolaan sampah . Sampah-sampah anorganik atau kering yang dihasilkan oleh rumah tangga kemudian dikumpulkan dan secara periodic diserahkan ke bank sampah
Meski baru berjalan sekitar enam bulan, bank sampah di Posyandu Dahlia sudah memiliki nasabah sedikitnya 54 orang. Pada tanggal 3 setiap bulannya, warga menabung sampahnya. Setelah terkumpul banyak, sampah kemudian dijual ke pengepul yang tentu saja hasilnya bisa dibagi ke nasabah sesuai jumlah sampah yang ditabung. Atau dana yang terkumpul bisa digunakan untuk kegiatan desa.
Mungkin jumlahnya tidak seberapa, tetapi jika terus dikumpulkan, maka lama-lama banyak juga. Suharti misalnya, mendaftarkan diri sebagia nasabah atas nama putrinya, Andini, yang masih balita. “Nanti biar Andini yang mengambil hasilnya. Jadi ini tabungan untuknya,” kata Suharti Rabu (03/01/2018).
Pengurus bank sampah memberikan arahan kepada ibu-ibu mengenai pemilahan sampah. Karena nilai masing-masing jenis sampah berbeda. Jika dicampur, harganya juga tidak akan tinggi.
Tumiati, salah satu pengurus bank sampah mengatakan beberapa jenis sampah yang bisa ditabung antara lain botol plastik, logam, kertas, kardus, dan besi.Sebelum ditabung sampah ditimbang oleh petugas setelah itu petugas mencatat berat sampah ke buku tabungan anak.
“Di sini yang dicatat berat dan jenis sampahnya dan belum diuangkan dulu. Untuk pencairan uangnya nanti kalau anak sudah tidak lagi menjadi balita. Untuk sampah terbanyak di posyandu ini adalah botol plastik. Dan tidak sedikit juga kardus yang harga berkisar Rp1.000 sampai Rp4.000 per kilogramnya,” kata Tumiati.
Menurut Tugiatun, salah satu nasabah yang lain, bank sampah memberikan dampak positif dengan bersihnya lingkungan sekaligus juga bisa menambah tabungan untuk si kecil. Banyak masyarakat yang berharap agar nasabah bank sampah ini tidak dibatasi hanya untuk orangtua yang memiliki balita, tetapi juga untuk semua warga.
Saya harap tidak hanya anggota balita saja yang bisa menabung di sini akan tetapi semua warga bisa menabung. Karena kalau semua sampah warga bisa ditabung disini lingkungan akan semakin bersih dan sehat,” kata Rofi, salah satu warga. (Devi /Halo Pacitan)