PACITAN- Pemerintah Desa Arjowinangun menerbitkan Peraturan Desa (Perdes) tentang larangan warganya untuk menangkap dan memburu burung hantu (Tyto Alba). Perdes tersebut diterbitkan karena burung hantu (Tyto Alba) selama ini membantu petani mengendalikan hama tikus.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pacitan Joni Maryono mengapresiasi terbitnya Perdes tersebut. Ia mengatakan kelestarian Lingkungan merupakan tanggung jawab seluruh elemen masyarakat, bukan hanya OPD penanggung jawab.
"Harapan kami, muncul kearifan-kearifan lokal di tingkat Desa untuk mendukung hal tersebut. Misalnya dengan dibuat Perdes, sehingga ada sanksi sosial dimana masyarakat langsung sebagai pengawas dan penegak Perdes." jelasnya seperti dikutip dari akun instagram @dlhpacitan Jumat (5/11/2021).
Seperti dilansir dari pinhome.id, Tyto alba (Barn Owl) merupakan salah satu jenis burung pemangsa selain elang dan alap-alap dari keluarga tytonidae, sub keluarga tytoninae dan genus tyto. Di Indonesia burung ini memiliki beragam nama, mulai dari serak jawa, daris, tyto alba dan barn owl yang diambil dari bahasa Inggris.
Tyto alba merupakan satu di antara beberapa jenis burung hantu yang dapat dijumpai di Indonesia. mudah dikenali sebagai burung hantu putih. Wajah berbentuk hati, warna putih dengan tepi coklat. Mata menghadap kedepan, merupakan ciri yang mudah dikenali. Bulu lembut, warna tersamar, bagian atas berwarna kelabu terang dengan sejumlah garis gelap dan bercak pucat tersebar pada bulu. Ada tanda mengkilat pada sayap dan punggung.
Bagian bawah berwarna putih dengan sedikit bercak hitam, atau tidak ada. Bulu pada kaki jarang-jarang. Kepala besar, kekar dan membulat. Iris mata berwana hitam. Paruh tajam, menghadap ke bawah, warna keputihan. Kaki warna putih kekuningan sampai kecoklatan. Jantan-betina hampir sama dalam ukuran dan warna meski betina seringkali lebih besar 25%. Betina dan hewan muda umumnya punya bercak lebih rapat.
Bukti filogenetik menunjukkan bahwa setidaknya ada jenis keturunan utama burung hantu, satu di Eropa, Asia Barat dan Afrika, satu di Asia Tenggara dan Australasia, dan satu di Amerika. Dengan demikian, beberapa otoritas taksonomi membagi jadi lima spesies, dan penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk memperjelas posisi tersebut. Ada variasi yang cukup besar antara ukuran dan warna sekitar 28 subspesies tetapi kebanyakan berukuran antara 33 dan 39 cm dengan lebar sayap antara 80 hingga 95 cm. Serak jawa aktif di malam hari meskipun ada juga berburu di siang hari untuk mencari mangsa seperti mamalia kecil.