
Begini Cara Yayasan Khoiru Ummah Kobarkan Gerakan Mengaji di Pacitan
Dalam setahun Yayasan Khoiru Ummah menargetkan dapat meluluskan 500 guru mengaji melalui pelatihan dengan sistem Tilawati. Pemerintah Daerah harus berani mengambil inisiatif mengobarkan gerakan mengaji di Pacitan
Halo Pendidikan
Halopacitan, Pacitan
Makin rendahnya minat baca Al Quran di berbagai level pendidikan di Pacitan menjadi keprihatinan banyak pihak. Kuatnya pesona teknologi dengan segala macam produk turunannya, seperti televisi dengan sinetronnya dan smartphone dengan sosial medianya, membuat kegiatan mengaji di masjid dan surau kian meredup.
"Kita semua prihatin karena anak-anak semakin susah untuk diajarkan mengaji. Dulu orangtua kita mewajibkan sebelum lulus SD harus khatam Al Quran dan mengaji dengan baik. Tapi sekarang itu sudah sulit ditemukan di Pacitan, kondisinya merata di hampir semua wilayah Pacitan," ujar Erwin H. Kusuma, Ketua Yayasan Khoiru Ummah Cabang Pacitan kepada Halopacitan, Senin (18/2).
Untuk mengobarkan kembali semangat mengaji di kalangan anak-anak dan dewasa di Pacitan, Yayasan Khoiru Ummah secara konsisten melakukan pelatihan guru mengaji. Dengan metode tilawati para guru ini diajarkan untuk dapat mengajar mengaji dengan sistem dan cara yang lebih baik.
Menurut Erwin pelatihan guru mengaji ini memiliki 6 tingkatan. Setiap tingkatan dilakukan dalam 10 kali pertemuan yang digelar di lantai 2 Masjid Agung Pacitan. Agar dapat masuk ke tingkatan yang lebih tinggi, setiap calon guru mengaji ini harus melalui tes yang sudah distandarisasi.
"Tes ini penting untuk mengukur kemampuan guru dalam menyerap materi pelatihan dan bagaimana nantinya mereka akan mengajarkan cara mengaji yang baik kepada anak-anak. Dalam setiap tingkatan pesertanya sekitar 30-40 orang," katanya.

Peserta pelatihan guru mengaji ini berasal dari 12 kecamatan di kabupaten Pacitan. Untuk bisa ikut, syarat utamanya calon guru harus bisa mengaji Al Quran. Besarnya biaya pelatihan bersifat sukarela.
"Target kami dalam setahun bisa meluluskan sekitar 500 guru mengaji. Semakin banyak guru yang bisa ikut pelatihan akan semakin baik. Sudah lebih dari 3000 orang yang ikut pelatihan ini," ujar Erwin.
Para guru tersebut selanjutnya mengajar Al Quran di lembaga-lembaga formal seperti madrasah dan lembaga pendidikan agar di desa-desa.
"Kita tidak bisa lagi hanya berharap pada tempat-tempat informal yang mengajarkan mengaji ke anak-anak. Jaman sudah berubah dan kita harus melangkah lebih didepan," katanya.
Ketua Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) cabang Pacitan ini menambahkan, dalam pelatihan diajarkan metode mengaji dengan sistem klasikal. Dimana untuk setiap kelas maksimal 10 anak. Cara ini dinilai efektif untuk meningkatkan kualitas baca tulis Al Quran pada anak didik.
Dengan sistem pengajaran 4 kali dalam seminggu, selama 3 tahun anak didik ditargetkan dapat khatam Al Quran dengan kualitas baca dan pemahaman yang baik.
Erwin menegaskan, pihaknya sangat mendukung apabila pemerintah daerah Pacitan ikut terjun langsung memimpin gerakan mengaji ini. Termasuk mengeluarkan aturan bahwa setiap muslim yang lulus SD harus mengantongi surat keterangan khatam Al Quran.
"Harus ada ketegasan dan inisiatif dari semua pihak, termasuk pemerintah daerah. Kehancuran anak-anak dan generasi muda terjadi karena mereka lebih menggemari sosial media dan sinetron daripada Al Quran," tegasnya.
