
Berbekal Semangat dan Ilmu Biologi, Nonik Terus Kembangkan Hotel Srikandi
Srikandi, menjadi salah satu dari sedikit hotel pertama yang ada di Pacitan. Kalau saat ini hotel tersebut semakin berkembang, hal itu tidak lepas dari sentuhan Chrismilia Natalia.
Halo Berita
Halopacitan, Pacitan— Tahun 2002, Chrismilia Natalia harus meneruskan usaha ibunya Elsje Martini untuk mengelola hotel yang terletak di Jl Ahmad Yani No 67A Pacitan tersebut. Minimnya pengetahuan tentang ilmu perhotelan segera ditutup dengan perjuangan yang gigih dan semangat untuk terus belajar.
Perempuan yang biasa dipanggil Nonik tersebut mengatakan saat ditinggal ibunya tahun 2002, hotel saat itu baru memiliki delapan kamar dan 11 karyawan.
"Waktu itu, pelaku usaha hotel di Pacitan juga masih sedikit, ya baru sekitar enam hotel dan pariwisata belum menggeliat seperti sekarang ini," kata Nonik kepada Halopacitan, Senin, (24/09/2018).
Langkah pertama Nonik saat itu adalah meneruskan beberapa pembangunan yang masih terbengkalai atau belum selesai dikerjakan, mulai dari pembangunan gedung pertemuan, penambahan kamar dan juga penambahan fasilitas lainnya seperti pendopo, ruang karaoke keluarga, kantor dan sebagainnya.
Tantangan terberat saat itu, menurut perempuan berusia 48 tahun tersebut adalah membenahi manajemen. Sebelumnya, pengelolaan hotel masih lebih seperti mengelola perusahaan keluarga yang membuat banyak sistem administrasi tidak jelas dan campur aduk.
"Saya mulai membangun sistem dari dalam, soalnya waktu Ibu masih ada, itu kan berjalan seperti keluarga, jadi belum punya sistem manajemen, walaupun sekarang belum baik tapi saya berusaha untuk membenahi sistem yang di dalam ini mulai dari catatan-catatan maupun administrasinya," ujarnya
Lulusan Fakulitas Biologi Universitas Satya Wacana Salatiga ini mengaku langkah awal memang begitu sulit. Apalagi sebelumnya dia belum pernah terlibat sama sekali tentang pengelolaan hotel.
"Awal saya akui memang sulit, walaupun sudah tidak babat alas atau sudah tidak membuka lahan lagi, dan ini juga tantangan tersendiri buat saya. Pikir saya waktu itu juga masih ramai dan saya yakin bisa meneruskan, karena relasi ibu juga banyak waktu itu," ungkapnya.
Secara pelan namun pasti, dalam kurun waktu 16 tahun hotel yang dia kelola terus berkembang. Dia pun terus belajar tentang ilmu perhotelan dari berbagai pihak.
Tetapi yang namanya usaha, salalu ada naik turun. Akhir 2017 lalu hingga saat ini salah satu tantangan berat adalah semakin tingginya persaingan. Hotel semakin menjamur di Pacitan terutama seiring semakin meningkatnya dunia pariwisata.
Hotel Srikandi (Halopacitan/Sigit Dedy Wijaya)
Tetapi bukan hal itu yang dia anggap sebagai tantangan terberat. Bagaimana membentuk tim yang kuat adalah hal yang menurutnya paling sulit.
"Kalau saya amati kesulitan terbesar berada di dalam. Saya akui memang kurang orang, saya yakin saya masih bisa bertahan tapi saya tidak bisa sendirian. Memang ada bagian administrasi dan lainnya tapi selama ini top menajemen kan saya sendiri, jadi saya belum punya tim di level managemen dan saya anggap itu sebagai kelemahan sehingga perkembangannya tidak maksimal," ungkap Nonik
Lebih lanjut, ibu dua anak ini mengatakan ilmu biologi yang pernah didapatnya di bangku kuliah, juga dimanfaatkannya pada konsep pembangunan hotel yang dijalaninya. "Jadi untuk pembangunan hotel ini, lebih ke konsep alam dan saya ingin hotel ini santai bukan hotel yang sangat formal," terangnya
Bukan hanya itu saja perombakan yang dibuatnya, sekitar tahun 2010 Nonik juga mendirikan sebuah sanggar tari untuk anak-anak usia Taman Kanak-Kanak hingga SD yang bernama 'Sanggar Srikandi' dan sudah legal.
"Itu berawal dari anak saya ingin belajar menari, yang mengajak temannya untuk berlatih, lama-kelamaan kok semakin banyak kemudian dari situlah dilegalkan. Saya malah ingin membuka kelas tari untuk orang tua usai 40 tahun keatas, karena banyak penari yang ingin menari lagi walaupun sekedar berlatih saja," beber istri Agustinus Agung tersebut.
Nonik menambahkan, untuk pengunjung di Hotel Srikandi hanya ramai pada waktu long weekand saja, sedangkan katering di restaurannya dalam kondisi sedang dalam arti masih sering keluar atau pesan antar.
"Sejak pasca bencana tahun lalu pengunjung hotel turun banyak, makanya kita mencoba untuk bangkit kembali, dan biasanya yang sering ke sini itu orang-orang yang suka dengan nuansa alam, persawahan," imbuh Nonik.
Harga kamar yang ditawarkan di Hotel Srikandi ini bervareasi, mulai kelas ekonomi untuk sekali inap Rp210.000 hingga Rp575.000 tergantung fasilitas. Sedangkan sewa gedung pertemuan per hari Rp 1 juta sudah lengkap termasuk sound sistem, LCD, meja dan kursi.
"Saat ini jumlah kamar sudah ada 20 kamar dan beberapa juga sudah direnovasi, sedangkan jumlah karyawan saat ini ada 20 orang," katanya. (Sigit Dedy Wijaya)
