PACITAN- Perguruan Islam Pondok atau PIP Tremas, Arjosari, Pacitan, gelar tradisi unik yakni Brojo Geni. Banyak cara dilakukan untuk merayakan malam 1 Suro yang bertepatan 1 Muharram.
Brojo Geni merupakan olahraga atraktif yang cukup memacu adrenalin, pasalnya dibutuhkan nyali untuk bisa bertanding. Tidak seperti biasanya, bola yang digunakan melainkan menggunakan buah kelapa tua dan sudah direndam dengan minyak tanah selama beberapa hari sehingga api terus menyala saat permainan berlangsung.
Menurut penuturan Pengasuh PIP Tremas, Gus Muadz Harits mengatakan bahwa eksistensi Brojo Geni ini sudah ada sejak era tahun 1980-an silam dan hanya bisa dimainkan oleh kalangan tertentu saja.
"Keberadaan sepak bola api di Pondok Tremas ini sudah sejak lama, orang menyebut Brojo Geni. Setahu saya, dimulai pada era alm. KH. Mahrus Hasyim, sekitar tahun 1980-an. Cuma pada saat itu hanya bisa diikuti oleh santri khusus atau pilihan," kata Gus Muadz, Sabtu (30/7/2022).
Permainan ini tidak boleh asal-asalan, karena sebelum bermain Brojo Geni, para santri diharuskan melaksanakan beberapa ritual yang menjadi syarat. Hal itu bertujuan agar tahan dari sifat panasnya api dan mara bahaya.
"Bukan untuk kesombongan, karena konteksnya di dalam pesantren, semua harus berdasarkan keilmuan. Sebelumnya ada semacam ritual atau riyadhoh, seperti puasa, wirid khusus. Tujuannya hanya untuk meminta perlindungan kepada Allah Swt," ungkap Gus Muadz.
Selain itu, berbagai perlombaan juga digelar demi meramaikan malam satu suro yang sudah menjadi tradisi. Hal itu semata-mata untuk meluapkan kegembiraan sekaligus ajang merajut rasa kekeluargaan antara santri dan pengasuh.
"Juga ada berbagai perlombaan santai yang merupakan bentuk kekompakan dan keakraban antara pengasuh dan para santri. Semua menjadi satu tanpa ada sekat. Kegiatan ini bahkan sudah ada sejak zaman KH. Habib Dimyathi," ungkap Gus Muadz.
Kini, tradisi Brojo Geni asal PIP Tremas, Pacitan itu sudah dikenal cukup luas oleh masyarakat Pacitan. Bahkan pada tahun 2020 ditetapkan oleh pemerintah menjadi salah satu warisan budaya takbenda.