Halopacitan, Pacitan—Kondisi ini dialami setidaknya oleh sejumlah warga di RT 05 RW 11 Lingkungan Teleng Kelurahan Sidoharjo Pacitan. Di wilayah ini sedikitnya ada tujuh rumah rusak terbawa banjir, yakni rumah milik Wasiman, Sogini, Istiawan, Tukiman, Misni, Khoiri, Bandi.
Karena jenuh menunggu bantuan, mereka kemudian mulai membangun rumah sendiri dengan cara swadaya. Ketika pondasi rumah selesai, bantuan berupa material baru baru tiba.
"Sekitar semingguan, itu pun baru Batako. Kalau untuk pondasi semua rata-rata dari pribadi, kalau saya habisnya ya sekitar Rp18 juta untuk pondasi," ungkap Sogini salah satu warga terdampak banjir, saat ditemui Halopacitan, Jumat (09/11/2018)
Dia mengatakan bantuan yang datang berasal dari Dinas Perumahan dan Permukiman, dengan nilai total per rumah Rp8 juta, akan tetapi diwujudkan material seperti batako dan semen. Rencananya mereka akan mendapatkan 2.000 biji batako, namun baru datang 800.
“Kalau semen belum di kirim, padahal kalau sudah dikirim akan langsung akan saya kerjakan, mumpung belum hujan deras," imbuh Sogini yang kesehariannya sebagai petani.
Suliyah dan keluarganya masih tinggal di barak pengungsian setahun pascabencana (Halopacitan/Sigit Dedy Wijaya)
Dari tujuh tujuh rumah yang terdampak bencana banjir dan longsor, ada empat keluarga yang masih tinggal di pengungsian yakni Wasiman, Sogini dan dua keluarga lainnya. Dua yang lain sudah membangun rumah sendiri dan satu keluarga berdomisili di Ponorogo.
Sementara Suliyah, warga lainnya yang masih tinggal di pengungsian mengaku hingga saat ini masih kepikiran pada kejadian yang menimpannya tersebut, terlebih rumah yang belum lama ditempatinya hanyut terbawa banjir.
"Sampai sekarang masih kepikiran, kapan bangun rumah lagi. Padahal belum lama jadi rumahnya, sudah kena banjir," katanya, sambil berharap bantuan untuk membuat rumah segera terwujud.