Halopacitan, Donorojo—Untuk tahun ini, Ceprotan dilaksanakan pada Minggu (29/07/2018) lalu. Desa Sekar, Kecamatan Donorojo sendiri terletak kurang lebih 40 kilometer arah barat dari pusat kota Pacitan.
Legenda tentang Sekartaji dan Panji Asmorobangun memang begitu melegenda. Sekartaji sebenarnya adalah Putri Galuh Candra Kirana, putri Kerajaan Kediri. Sementara Asmorobangun sebenarnya adalah putra Raja Jenggala. Keduanya sama-sama mencari cinta sejati dengan cara menyamar.
Ada begitu banyak versi dari kisah ini. Salah satunya kisah Ande-ande Lumut yang begitu lengendaris. Ternyata kisah ini juga ada di Desa Sekar dengan versi berbeda yang kemudian diperingati dengan upacara Ceprotan ini.
Tradisi Ceprotan berlangsung unik dengan memadukan upacara tradisional dan sendratari yang menceritakan antara pertemuan antara Ki Godeg dengan Dewi Sekartaji. Kemudian para pemuda membawa kelapa muda yang sudah dikupas dan direndam beberapa hari hingga batoknya lunak. Kelapa-kelapa itu digunakan untuk saling lempar.
Bagi yang terkena dia tidak boleh marah meski dia penuh dengan cipratan air dan kelapa muda. Bahkan harus gembira, karena diyakini itu sebagai pertanda akan dapat rezeki besar. Setelah selesai saling lempar, dua kubu itu kemudian berkumpul dan makan bersama dengan menu ingkung ayam yang sudah disiapkan.
Ceprotan lahir dari pertemuan antara Panji Asmara Bangun yang menyamar sebagai Ki Godeg dengan Galuh Candra Kirana yang menyamar sebagai Dewi Sekartaji. Menurut kepercayaan masyarakat Donorojo, Ki Godeg adalah orang pertama yang membuka hutan belantara wilayah tersebut.
Saat membuka hutan, datanglah dua wanita yang sebenarnya adalah Dewi Sukonadi dan Dewi Sekartaji. Dewi Sekartaji merasa kehausan dan ingin minum air kelapa. Meski tidak ada pohon kelapa di wilayah tersebut, Ki Godeg menyanggupi untuk mencarinya.
Dengan kesaktiannya Ki Godeg masuk ke dalam tanah dan mencari pohon kelapa di wilayah lain. Tempat dimana Ki Godeg masuk ke dalam tanah berubah menjadi sumber mata air. Dia keluar dari tanah yang juga menjadi mata air di daerah Wirati, Kecamatan Kalak. Mata air tersebut dinamakan Kedung Timo.
Setelah mendapatkan kelapa muda, dia kembali menemui Sekartaji. Sisa dari air kelapa muda yang tidak habis diminum oleh Dewi Sekartaji ditumpahkannya di tempat dewi berdiri dan menjadi sumber air yang hingga sekarang dikenal sebagai Sumber Sekar.
Dewi Sekartaji kemudian berpesan pada Ki Godeg, jika kelak tempat tersebut menjadi pemukiman agar dinamai Desa Sekar. Untuk pemuda yang ingin ngalap berkah untuk mencari sandang pangan, disuruhnya menggunakan cengkir atau kelapa muda. Cengkir menggambarkan kencenging pikir atau kekuatan pikiran.
Endang Surjasri, Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Pacitan mengatakan, Ceprotan merupakan salah satu khasanah budaya pariwisata yang dimiliki Kabupaten Pacitan.
"Upacara adat Ceprotan sangatlah unik dan tidak ada duanya di Indonesia. Tempat prosesi yang mudah dijangkau, tentu juga menambah daya tarik bagi wisatawan," ujarnya kepada Halopacitan Senin (30/07/2018)
Menurutnya, upacara adat ini tentu masih perlu penyempurnaan dalam tampilan dan perlu daya dukung di sisi-sisi lainnya, sehingga akan terkesan lebih menarik lagi. "Baik penyempurnaan dalam hal tampilan, koreografi, tata panggung maupun propertinya," imbuhnya. (Sigit Dedy Wijaya)