JAKARTA – Semua orang tua tentu menginginkan yang terbaik bagi anaknya. Mungkin, orang tua yang selalu menuruti keinginan anak ingin agar anaknya selalu bahagia. Hal itu juga bisa menjadi pencapaian tersendiri bagi orang tua. Akan tetapi, terlalu sering memenuhi keinginan anak bisa berdampak buruk.
Sesekali menuruti keinginannya tidak masalah, terutama jika itu penting. Namun, tidak ada salahnya Anda berkata tidak. Tidak semua keinginan anak harus dipenuhi.
Sebagai orang tua, penting untuk menunjukkan kepada mereka perbedaan antara kebutuhan dan keinginan. Selalu memenuhi keinginan anak bukan hal yang baik, justru bisa berdampak negatif pada perkembangan mereka.
Lantas, apa bahaya jika selalu menuruti keinginan anak?
Berikut bahaya jika selalu menuruti keinginan anak:
Menuruti semua keinginan anak dapat membuatnya sulit untuk mematuhi peraturan. Hal ini terjadi karena anak terbiasa mendapat kelonggaran dari orang tuanya.
Jika orang tua terus-menerus menuruti semua keinginannya, anak bisa kehilangan rasa takut terhadap konsekuensi yang seharusnya berlaku jika ia melanggar aturan. Ini disebabkan oleh orang tua selalu mendukung atau membenarkan apa pun yang ia lakukan.
Anak yang terbiasa dipenuhi semua keinginannya cenderung menjadi pribadi yang egois dan sulit menghargai orang lain. Sifat ini dapat mempersulitnya dalam bersosialisasi, karena anak yang egois biasanya akan dijauhi oleh teman-temannya.
Terlalu sering memenuhi keinginan anak dapat menghambat mereka dalam mengembangkan keterampilan. Anak akan terbiasa mendapatkan apa yang diinginkan tanpa tahu apa artinya bekerja keras perlu berusaha. Akibatnya, ini akan membentuk sifat manja dan tidak mandiri.
Kebiasaan orang tua yang selalu memenuhi keinginan anak dapat berdampak jangka panjang, seperti cenderung mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan. Mulai dari hal-hal kecil hingga keputusan penting yang akan memengaruhi hidupnya, seperti memilih pasangan hidup.
Anak yang selalu dituruti kemauannya cenderung tidak merasakan kekecewaan, kurang empati, dan tidak menghargai apa yang dimilikinya. Selama orang tua terus memenuhi keinginannya, anak belajar bahwa kekecewaan, frustrasi, dan emosi yang tidak nyaman harus dihindari, bukan dihadapi.
Ini terjadi karena setiap kali anak meminta sesuatu, orang tua tidak pernah menolak, sehingga kebutuhan anak selalu terpenuhi. Namun, ketika akhirnya ia menghadapi penolakan, alih-alih menghadapinya dengan bijak, ia cenderung memilih untuk marah dan beremosi.
Anak yang dibesarkan dengan pola asuh permisif tidak terbiasa menghadapi kekecewaan, tidak terbiasa diberi tanggung jawab, dan kurang memahami batasan-batasan yang berlaku di masyarakat. Akibatnya, mereka tidak terlatih untuk mengelola dan mengatur emosi yang tidak nyaman.
Orang tua bisa menjelaskan kepada anak tentang apa yang perlu dipenuhi dan apa yang tidak. Juga penting untuk menjelaskan, tidak semua hal bisa diberikan, sehingga anak memahami ketika keinginannya tidak terpenuhi, ia tidak boleh bereaksi dengan emosi atau tantrum.
Beberapa penelitian menunjukkan, anak-anak yang terlalu dimanja berisiko menghadapi berbagai masalah kesehatan mental di kemudian hari. Di antaranya adalah rentan terhadap stres, kesulitan mengendalikan emosi, dan mengalami tantangan dalam menghadapi kenyataan hidup.
Itu dia beberapa dampak negatif jika orang tua selalu menuruti keininan anaknya. Untuk orang tua, jelaskan dengan baik dan tegas akan konsep skala prioritas, hak, dan tanggung jawab anak.
Mungkin anak awalnya marah karena keinginannya ditolak, tapi jika orang tua tetap tegas anak akan belajar sendiri bagaimana cara mengendalikan emosi dan memahami tidak semua keinginan dapat dipenuhi.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 26 Aug 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 27 Agt 2024