Sosok sederhana, lahir, tumbuh, dan mengabdikan diri untuk pendidikan ini, tercatat sebagai dosen STKIP PGRI Pacitan. Baru-baru ini, Pamungkas yang akrab dipanggil Mamung, terpilih menjadi perempuan yang dipandang berkontribusi bagi pembangunan di Pacitan, khususnya bidang pendidikan.
Acara puncak inspiring women 2020 yang digelar di Pendopo Kabupaten Pacitan, Rabu (23/12/2020) menjadi ajang yang sangat mengharukan karena ini kali pertama Pemerintah Daerah memberikan apresiasi kepada perempuan yang dipandang ikut serta dalam berkontribusi untuk pembangunan di Pacitan.
Perempuan bernama lengkap, Dr. Sri Pamungkas, M.Hum., ini adalah sosok yang menyenangkan. Mengabdi di STKIP PGRI Pacitan selama 20 tahun tidak membuatnya hanya berkonsentrasi pada pendidikan tinggi, tetapi ia terus berbuat dan berkontribusi untuk pendidikan di Kabupaten Pacitan, mulai PAUD hingga Perguruan Tinggi.
“Tugas kami yang diberi amanah di Perguruan Tinggi adalah untuk melaksanakan Tri Dharma, yaitu pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat. Artinya, sudah menjadi kewajiban kami untuk terus berkontribusi karenanya proses pendidikan menjadi tanggung jawab kita bersama. Karena hakikat pendidikan bukan hanya transfer of knowledge, tetapi lebih dari itu, di dalamnya harus ada muatan transfer of religious, transfer of value dan transfer of culture”, ucap ouner Lembaga Kerakter Anak DboecahS Pacitan tersebut.
“Pendidikan itu adalah proses pembiasaan. Saya bersyukur karena sejak kecil orang tua saya mewajibkan saya untuk selalu membaca. Ayah yang berprofesi sebagai abdi negara, setiap saat membawakan buku cerita yang Beliau pinjam dari perpustakaan. Setiap minggu saya harus membaca 2-3 buku dan di akhir pekan saya diminta bercerita di depan beliau isi buku yang sudah saya baca”, kata Ibu dari 2 orang anak ini.
“Saat itu hati kecil saya sedikit tergelitik karena teman-teman seusia saya tidak ada kewajiban seperti itu. Rupanya inilah cara orang tua saya mengenalkan literasi, menghargai proses, dan memahami bahwa kehidupan itu unik. Kebiasaan tersebut kemudian kami juga terapkan kepada putri-putri kami”, imbuhnya.
Perlu diketahui bahwa Pamungkas bersama suaminya, Deny Sudrajat, terus mencurahkan pikiran dan hatinya untuk menggerakkan literasi di Pacitan Jawa Timur. Sanggar DboecahS Pacitan, dengan konsentrasi kelas penulis cilik, penulis remaja, serta kelas ekspresi (drama, pantomime, dolanan anak, puisi, presenter cilik) cukup banyak diminati masyarakat Pacitan. Dari sanggar yang dikelola bersama suami dan anak-anak muda berdedikasi, lahir penulis-penulis cilik dan remaja di Kabupaten Pacitan yang karyanya telah terbit dalam skala nasional.
Selain itu, dengan kesabaran, ketelatenan, dan totalitas yang dicurakan, anak-anak Pacitan telah mewarnai kejuaraan di tingkat nasional, seperti penghargaan penulis cilik 3 besar nasional, 4 besar nasional, juara 1 lomba menulis esai tingkat nasional, juara 1 lomba vlog Kementrian Lingkungan Hidup, juara 1 dan peserta terinspiratif Kemah Virtual Kemendikbud, juara 1 Duta Pelajar Putri Provinsi Jawa Timur, juara lomba puisi Provinsi Jawa Timur, juara lomba mendongen Provinsi Jawa Timur, dan lain-lain.
“Alhamdulillah, Allah memberikan ruang-ruang lebih sehingga saya juga berkesempatan untuk mendampingi anak-anak Pacitan. Akhir tahun 2019 kemarin saya dibantu teman-teman alumni STKIP PGRI Pacitan mendirikan Sekolah Literasi Gratis Kabupaten Pacitan. Anak-anak muda yang tergabung di dalamnya lahir sebagai penulis-penulis remaja, yang telah melahirkan karya bersama dan bukunya diterbitkan secara nasional. Insyaallah dalam waktu dekat akan kami buka Sekolah Literasi Gratis angkatan ke-2”, ucap perempuan yang juga Pengurus Himpunan Pembina Bahasa Indonesai Provinsi Jawa Timur tersebut pada halopacitan (24/12/2020).
“Tidak ada yang sia-sia dari setiap ikhtiar yang kita lakukan. Mari bersinergi untuk lebih meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak kita meski di tengah pandemi sekalipun. Perempuan hebat adalah perempuan yang mampu menempatkan diri kapan sebagai anak, istri, ibu, dan segenap profesi yang diamanahkan. Oleh karenanya, mari kita ajarkan pada anak-anak kita bahwa hidup untuk belajar bukan belajar untuk hidup, yang hanya membanggakan gelar tanpa isi. Saya mengajak kepada semuanya untuk terus menebar kebaikan. Karena hidup ini tidak boleh sederhana. Hidup ini harus hebat, kuat dan bermafaat. Yang sederhana adalah sikap kita”, ucap peraih penghargaan Nugra Jasadharma Pustakaloka Perpustakaan Nasional RI, buku terbaik bidang Bahasa dan Hukum tersebut mengakhiri.