Halopacitan, Pacitan—Semua mata mengarah pada seorang Ema Dian Pratiwi, sosok yang memainkan organ tunggal dan melantunkan suara lembutnya. Jari-jarinya bergerak lincah tanpa salah dari satu tuts ke tuts nada yang lain. Jika tidak melihat langsung, mungkin orang tidak akan percaya bahwa yang memainkan musik tersebut adalah sosok tuna netra.
Halopacitan, Pacitan,--Pemerintah Kabupaten Pacitan mengapresiasi dari beberapa penampilan pada peringatan HDI 2018. Salah satunya penampilan Ema Dian Pratiwi (18), dengan penampilannya memainkan orgen tunggal dan memiliki suara yang cukup membuat pendengar merinding.
Syukuri apa yang ada
Hidup adalah anugerah
Tetap jalani hidup ini
Melakukan yang terbaik
Syair lagu berjudul 'Jangan Menyerah' dari band d'Masiv itu semakin membuat orang tercekat. Baru kemudian tepuk tangan bergemuruh saat gadis berusia 18 tahun siswa kelas X SMA di SLB YKK Pacitan tersebut menyelesaikan lagunya. Begitu seterusnya hingga lagu-lagu lain mengalun.
Ema adalah satu dari sekitar 400 orang anak berkebutuhan khusus yang hadir di Pendapa Kabupaten Pacitan Peringatan Hari Difabel Internasional (HDI) 2018. Bahkan Ema di penghujung acara harus kembali tampil lagi setelah Luki Tribaskorowati, istri Bupati Indartato memintanya untuk menyanyikan ulang lagu ‘Jangan Menyerah’. Ema tentu saja tidak menolaknya hingga suasana kembali menjadi haru.
Bagi Ema, kekurangan fisik bukan sebuah halangan untuk memiliki kemampuan lebih, termasuk juga memiliki cita-cita dan harapan di masa depan. "Ingin jadi guru. Guru apa saja, yang penting bisa mengajar dan bisa mendidik," ujarnya seusai acara.
Putri nomor lima pasangan Sutiyem dan Poniran ini mengaku sejak kecil memang sudah menyukai musik. Diapun terus mengasah kemampuannya.
Bupati Indartato yang tidak bisa menutupi kekagumannya pada Ema mengaku salut dengan keberaniannya.
"Sangat terharu, ternyata anak-anak disabilitas ini adalah luar biasa keberaniannya, dan bisa menyaingi anak yang biasa. Saya sangat berterima kasih kepada bapak ibu guru yang telah mendidik semoga ke depan sukses," ungkap Indartato.
Indartato mengatakan, sesuai dengan undang-undang kewenangan untuk Sekolah Luar Biasa (SLB) ini menjadi kewenangan provinsi. Namun dia menyadari yang disekolahkan adalah anak-anak Pacitan hingga Pemkab tidak akan tinggal diam.
“Bagaimana ke depan anak-anak ini setelah lulus sekolah, bisa mencari nafkah dan tidak menjadi beban orang tua, ini yang paling pokok," katanya.
Ke depan, Pemkab akan berencana memberdayakan anak-anak disabilitas, setelah melihat beberapa penampilan dari beberapa anak penyandang kebutuhan khusus yang cukup memukau.
"Yang jelas setiap saat ada kegiatan akan kita tampilkan. Dan mungkin nanti juga ada bantuan-bantuan sesuai keahlian masing-masing, yang diharapkan nantinya tidak menjadi beban orang tua," imbuh Indartato.
Bambang Supriyadi PLT Kepala Cabang Dinas Pendidikan SMK/SMA wilayah Kabupaten Pacitan Jawa Timur menambahkan, jumlah anak berkebutuhan khusus di Pacitan sekitar 600 anak, yang terdiri dari SD-LB, SMP-LB dan SMA-LB. "Tetapi yang kita undang pada HDI ini sekitar 400an anak, yang paling banyak dari Kecamatan Donorojo, Punung," tambahnya.