Keberadaan zoom di tengah pandemi menjadi sebuah kebutuhan. Keharusan menjaga jarak dan meminimalkan interaksi langsung membuat zoom semakin banyak dipergunakan oleh berbagai kalangan, baik untuk kegiatan meeting maupun kegiatan belajar mengajar. Pendiri dan CEO zoom, Eric Yuan, akhirnya dinobatkan sebagai Business Person of the Year 2020 oleh TIME.
Eric Yuan (50) telah bekerja selama satu dekade untuk membangun platform konferensi yang sangat fungsional untuk bisnis, yakni Zoom. Sekarang ini, Zoom digunakan di berbagai tempat yang tidak terduga, dari ruang bersalin hingga Sekolah Dasar.
“Kami tidak pernah memikirkan konsumen atau sekolah (model) K-12 ketika kami mulai merencanakannya tahun 2020,” kata Yuan, ditulis TIME.
Yuan menginstruksikan para karyawannya untuk bekerja dari rumah pada awal Maret. Namun, baru berminggu-minggu kemudian, dia sadar bahwa perusahaannya berpotensi memainkan peran utama dalam tatanan dunia maya yang baru ini.
Zoom menjadi penghubung berbagai orang, dari kepala sekolah, pembawa acara pusat konvensi, kepala petugas keamanan, hingga pembawa jenazah.
Terlepas dari persaingan antara para raksasa perusahaan teknologi Google, Apple, dan Microsoft, Zoom melompat keluar dengan membawa layanan videonya.
Dia melambungkan jumlah peserta rapat harian dari 10 juta peserta menjadi 300 juta pada April 2020. Saat valuasi perusahaannya melonjak, Yuan masuk ke dalam daftar miliarder Forbes.
Meski layanan Zoom dipakai di mana-mana, dia terancam pada kerentanan keamanan atas pengawasan dan pelecehan. Popularitasnya menghasilkan kejenuhan sekaligus mengungkap kesenjangan antara rumah tangga kerah putih dan mereka yang bahkan tidak memiliki Internet.
Beberapa pihak menuduh Yuan hanya sebagai guru Big Tech yang berpuas diri yang produknya meningkatkan pembelahan dan misinformasi. Yuan merespons isu keamanan dengan koreksi dan transparasi yang cepat.
Zoom dinobatkan sebagai aplikasi gratis Apple yang paling banyak diunduh pada 2020. Ia memenangkan perang bisnis video 2020, yang sebagian karena sifat Zoom fleksibel, intuitif, dan bebas dari kepura-puraan.
Mungkin adil untuk menyebut Zoom sebagai produk yang lahir dari cinta anak muda. Pada akhir 1980-an, Eric Yuan yang lahir di Tai’an, China, dengan nama Yuan Zheng, ialah seorang mahasiswa matematika dan ilmu komputer di Universitas Shandong.
Wanita yang akan menjadi istrinya kuliah 10 jam lagi. Dalam perjalanan mengunjunginya, Yuan tertidur dan memimpikan cara untuk langsung melihat wajah kekasihnya.
Yuan terobsesi dengan ledakan dot-com. Namun, impian Amerikanya terhenti ketika proses visanya ditolak hingga delapan kali.
“Saya sangat frustrasi. Tapi saya akan terus mencoba sampai mereka memberitahu, ‘Jangan ke sini lagi.’”
Yuan akhirnya diberikan visa H-1 pada tahun 1997 ketika usianya 27 tahun. Dia menjadi warga negara AS satu dekade kemudian. Yuan mulai karier sebagai pembuat kode di WebEx dan segera menjadi bagian integral dalam membangun platform konferensi video.
Setelah Cisco membeli WebEx pada 2007, Dan Scheinman, wakil presiden senior Cisco Media Solutions Group saat itu yang sekarang menjadi anggota dewan direksi Zoom, ingat reputasi Yuan sebagai “orang yang menuntut, berbakat secara teknis, salah satu orang terbaik di dunia dan luar biasa di depan pelanggan.”
“Rasanya seperti kami memiliki Mozart, tapi tidak ada yang menyadarinya,” ujar Scheinman.
Bagi Yuan, “Dunia ini adil. Maka, teruslah maju dan fokuslah pada hal-hal yang dapat Anda kendalikan.” Keyakinan inilah yang membuat sejumlah lusin insinyur WebEx ikut Yuan pada 2011 saat Yuan mengumumkan bahwa akan meninggalkan perusahaan untuk memulai platform videonya sendiri.
Perangkat lunak Zoom diluncurkan pada 2013. Zoom menggembar-gemborkan layanan dasar gratis bersama dan sejumlah tingkatan berbayar untuk berbagai ukuran organisasi.
Sementara banyak perusahaan rintisan lain sangat bergantung pada produk gratis, Zoom menargetkan jaringan sekolah dan bisnis sederhana yang akan membayar biaya langganan saban tahun.
Setelah hampir satu dekade bertumbuh dengan stabil, Zoom go public pada 2019. Tidak seperti IPO perusahaan teknologi lain yang merugi besar, Zoom bebas utang dan menguntungkan. Situasi ini terwujud sebagian karena penekanan Yuan untuk ‘memberikan kebahagiaan.’
Zoom juga salah satu perusahaan dengan peringkat tertinggi karyawan dalam bekerja, menurut survei dari Glassdoor and Comparably. Yuan telah membuat jalur yang dapat diandalkan dan berhati-hati dalam memindahkan pasar dalam waktu cepat.
“Di bulan Desember, rencana kami sama dengan tahun sebelumnya: tidak ada ide besar, terus berinovasi,” ujarnya.
Ketika pandemi Covid-19 melanda, banyak orang masuk Zoom. Mereka menggunakan Zoom untuk bertemu dengan keluarga, latihan, mengikuti rapat perusahaan, pesta ulang tahun, happy hour, hingga kencan buta.
Dari Januari hingga April, metrik risalah rapat tahunan perusahaan melonjak dua puluh kali lipat menjadi lebih dari 2 triliun. Sementara, pendapatan melonjak 169% dibandingkan dengan kuartal yang sama pada 2019.
“Anda merasa impian Anda menjadi kenyataan setelah bertahun-tahun bekerja keras,” kata Yuan.
Pada November, ketika Pfizer mengumumkan hasil awal vaksinnya, kekayaan bersih Yuan merosot US$5 miliar karena investor meragukan relevansi pasca- pandemi dengan Zoom.
Berita itu melegakan Yuan: dia tidak terlalu peduli dengan ketenaran atau ketidakpastian tahun ini.
“Saya masih ingin kembali ke sisi produk — itulah kekuatan saya, bukan sebagai figur publik,” katanya.
Namun, tampaknya Zoom tidak akan bergeser ke jalur lambat dalam waktu dekat Pada akhir November 2020, pendapatan Zoom mencapai US$777 juta, naik 367% dari tahun lalu. Ia saat ini memiliki 433.700 pelanggan berbayar dengan lebih dari 10 karyawan, meningkat 63% dari 6 bulan lalu pada puncak gelombang pertama pandemi.
Zoom memberikan tempat bagi perusahaan yang tidak lagi mempedulikan ruang kantor mahal, juga perusahaan yang mempekerjakan karyawan dari mana pun.
Menurut firma riset AS Gartner, hanya seperempat pertemuan di tempat kerja yang akan dilakukan secara langsung pada tahun 2024, menandakan masa depan pekerjaan hibrida.