Halopacitan,Bandar—Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Banna terletak di Desa Jeruk Kecamatan Bandar. Tahun ini adalah tahun kelima SDIT Al Banna berdiri. Belum banyak fasilitas di sekolah ini. Lima ruang kelas yang ada masih tampak sederhana dengan beberapa pot tanaman menghias di depannya.
Meski minim fasilitas, sekolah swasta yang berjejaring dengan Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) ini tetap berusaha menjaga kualitasnya.
Kualitas pendidik berusaha untuk dimaksimalkan oleh sekolah yang lahir dari kelompok pengajian ini. Tidak hanya mentransfer ilmu, pendidik juga dituntut untuk memberikan pemahaman hidup berlandaskan agama Islam. Oleh sebab itu, sekolah ini membatasi penerimaan muridnya sebanyak 50 orang saja.
"Jumlah penerimaan siswa bertambah setiap tahunnya. Yang awalnya 14 siswa, tahun kemarin kami menerima 46 siswa. Total saat ini 166 siswa, " tutur Refin Pujanta, S. Pd, guru kelas V yang paham betul sejarah berdirinya SDIT ini kepada Halopacitan Kamis (11/01/2018).
Saat penerimaan siswa, sekolah melakukan wawancara dengan orangtua calon murid. Kemudian, ada buku penghubung antara guru dan orang tua sehingga orang tua juga terlibat dalam proses pembelajaran. Selain itu, sekolah juga mengadakan kajian rutin Ahad Pahing untuk orang tua murid.
Adapun program yang dijalankan oleh sekolah diantaranya sholat dhuha dan zuhur berjamaah, baca Alquran, hafalan juz 30, juga pembiasaan tingkah laku islami. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler yang ada saat ini adalah membatik.
Animo masyarakat Desa Jeruk dan daerah sekitarnya juga cukup bagus. Tidak hanya lintas desa namun juga lintas provinsi. "Murid terbanyak dari Desa Pakis Baru dan Ngromo Kecamatan Nawangan, sedangkan yang terjauh dari Kismantoro, Wonogiri," ungkap Refin.
Kebutuhan akan pendidikan berkualitas membuat para orang tua rela menyekolahkan anaknya meski jaraknya jauh dari rumah. Setiyono, warga Desa Bandar yang menyekolahkan anaknya di tempat ini mengatakan, putrinya yang masih kelas I harus berangkat lebih pagi dari teman-teman sebaya di desanya.
"Anak saya sekarang sudah risih kalau tidak pakai kerudung. Sholat lima waktu dan dhuha tidak perlu diingatkan meski libur sekolah sekalipun," cerita Setiyono bangga.
Untuk mengakomodasi siswa yang jaraknya jauh dari sekolah, pihak sekolah jgua menyediakan enam armada angkutan antar jemput. (Anita Bidaryati)