Kepala Sekolah SMPN 1 Arjosari,Tjatur Heri. S menunjukkan lapangan bola voli yang masih terendam lumpur
Halo Pendidikan

Fisik Belum Pulih, SMPN 1 Arjosari Pesimistis Raih Adiwiyata Mandiri

  • SMPN 1 Arjosari, Kecamatan Arjosari yang rusak akibat bencana banjir 28 November 2018 lalu berkejaran dengan waktu. Belum seluruh bangunan yang rusak diperbaiki dan berfungsi normal. Sekolah ini pesimis ikut Adiwiyata Mandiri di tahun ini.

Halo Pendidikan
AZ

AZ

Author

Halopacitan,Arjosari—Kegiatan belajar mengajar di SMPN 1 Arjosari memang sudah normal, namun kondisi lingkungan sekolah masih belum benar-benar pulih.

Tembok pembatas sekolah sepanjang 90 m ambrol total. Dari 24 kelas yang ada, 13 kelas yang posisinya dekat dengan tembok tersebut belum sepenuhnya bersih dari lumpur.

"Sebanyak 13 kelas ini memang sudah bisa digunakan namun belum cukup nyaman," tutur Tjatur Heri. S, Kepala Sekolah SMPN 1 Arjosari, sembari menunjukkan tumpukan lumpur di sekitar kelas.

Terlihat beberapa titik juga terlihat tumpukan lumpur yang belum diangkut, sampah berserakan, buku-buku berlumpur menumpuk, juga kursi-kursi yang terbawa arus. Juga tampak beberapa guru dan siswa yang masih berbenah.

"Hampir setiap hari kami kerja bakti membersihkan kelas, seperti tembok kelas, itu belum benar-benar bersih," tutur Aisyah Nurohmah, siswi kelas VII. Hal yang sama disampaikan oleh Kepala Sekolah yang mengatakan para guru hingga hari ini juga masih bahu mambahu dalam memulihkan kondisi sekolah.

Tjatur menambahkan  meja dan kursi sempat terbawa ke sawah yang memang dekat dengan sekolah. Sekolah akhirnya memfungsikan kembali meja dan kursi yang sebelumnya tidak lagi digunakan.

Sejumlah komputer untuk ujian nasional sudah tidak dapat digunakan. Untuk ujian nasional tahun ini, pihak sekolah mengaku telah mendapatkan bantuan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

SMPN 1 Arjosari menyandang predikat Adiwiyata Nasional. Namun akibat bencana banjir yang merusak infrastruktur sekolah, sekolah ini kemungkinan tidak tidak dapat maju untuk Adiwiyata Mandiri, tingkat lanjutan setelah Adiwiyata Nasional.  "Dengan infrastruktur yang seperti ini, kemungkinan untuk Adiwiyata Mandiri akan berat," keluh Tjatur.

Dirinya berharap peran dari pihak lain dapat membantu mempercepat pemulihan di sekolah yang dipimpinnya. (Anita Bidaryati)