Salah seorang penonton mendapatkan doorprize saat melihat Gala Desa di Arjosari Kamis (02/08/2018)
Halo Berita

Gala Desa Arjosari, Selalu Meriah dan Tak Ada Lagi Senggol Dikit Bentrok

  • Gala Desa, atau pertandingan sepakbola antardesa menjadi agenda rutin yang dilakukan oleh masyarakat Pacitan untuk memperingati ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Meski level desa, kemeriahan acara ini selalu dinanti dan tak pernah mati.

Halo Berita
AZ

AZ

Author

Halopacitan, Arjosari—Salah satu yang menggelar Gala Desa adalah Kecamatan Arjosari yang pada tahun ini diikuti 16 tim wakil desa di wilayah tersebut. Acara yang sudah dimulai sejak 25 Juli dan akan berakhir pada 9 Agustus 2018 mendatang berlangsung meriah. Para pemain Perspa baik senior maupun yunior kembali ke rumahnya masing-masing dan ikut membela daerahnya.

Utomo, Ketua 3 pada Panitia PHBN Kecamatan Arjosari, yang membidangi stand, pameran dan olah raga mengatakan Gala Desa masih menjadi hal yang menyedot banyak perhatian. Agenda tahunan ini juga menjadi salah satu cara mencari bibit unggul sepakbola di Pacitan.

"Kita juga berusaha untuk membuat acara sepak bola antar desa ini selalu meriah, salah satunya dengan memberikan doorprize bagi penonton selain. Kita juga berharap dengan gala desa ini akan muncul pemain-pemain muda yang memiliki talenta," ujarnya Jumat (03/08/2018)

Meskipun pertandingan antar desa, perangkat pertandinganpun lengkap, seperti wasit, asisten wasit dan pengawas pertandingan. Jika sebelumnya petugas hanya dari guru olahraga yang dibantu wakil dari desa masing-masing, sejak beberapa tahun terakhir perangkat pertandingan dari Askab PSSI Pacitan dibantu dari Panitia PHBN Kecamatan.

Sedangkan dari segi keamanan cukup kondusif, karena ada sinergitas dari jajaran Koramil, Polsek Arjosari dan keamanan dari masing-masing desa dan juga dari Panitia PHBN yang disiagakan untuk membantu pengamanan jalannya pertandingan.

Turnamen gala desa atau tarkam ini selain untuk tujuan prestasi dan ajang menunjukkan bakat para pemain muda, juga menjadi hiburan gratis bagi masyarakat.

Sedangkan para pemain di turnamen gala desa ini kebanyakan masih duduk di bangku sekola, hanya beberapa pemain saja usia dewasa ikut bremain. Tidak heran, darah muda yang mengalir di tubuh pemain usia remaja sangat rentan terjadi perselisihan-perselisihan kecil, namun fair play pun selalu ditunjukkan oleh para pemain saat ini.

"Kalau dulu senggol sedikit saja kadang bisa bentrok dan tidak sedikit kadang masalah di dalam lapangan terbawa hingga di luar lapangan, tapi semakin bertambahnya tahun perkembangan sepakbola di Arjosari ini lebih baik, lebih modern, selalu menjaga fair play," kata Dedi, salah satu pengamat sepakbola.

Setiap pertandingan, dukungan penonton cukup besar. Apalagi jika sudah babak delapan besar. Menurut pantauan Halopacitan  beberapa desa yang menyumbangkan suporter terbanyak adalah Desa Tremas, Desa Mlati, Desa Karangrejo, dan beberapa desa lainnya.

Bahkan, beberapa mantan pemain yang merantau di luar daerah dan pernah bermain membela desanya terkadang menyempatkan waktu untuk datang, hanya untuk melihat dan mendukung tim sepakbola desanya.

Ilham salah satunya, warga Desa Jatimalang yang sudah belasan tahun merantau ke Surabaya, mengatakan selalu menyempatkan datang dan akan memberikan dukungan kepada para pemain.

''Bisa melihat secara langsung, setidaknya bisa mengobati rindu akan kecintaan terhadap sepakbola karena dulu pernah menjadi bagian dari tim, dan semoga bisa hadir di lapangan dapat menambah semangat para pemain yang akan bertanding," ujarnya.

Gala Desa juga menjadi berkah tersendiri bagi para pedagang makanan dan minuman yang bertebaran di sekitar Stadion Citra Mandiri Arjosari, baik yang menetap di kios maupun yang berkeliling menggunakan motor untuk menjajakan dagangannya.

"Cuma kalau pas ramai yang nonton, warung ini ketutup motor parkir, sehingga orang yang mau jajan pun kesulitan mau masuk ke warung," kata Slamet, salah satu pedagang yang menempati kios di Stadion Citra Mandiri Arjosari.

Suparno (57) pedagang cilok keliling mengaku selama ada gala desa ini pendapatan meningkat hingga dua kali lipat dibanding hari-hari biasa. "Kalau hari biasa rata-rata Rp150.000-Rp200.000,  selama ada sepakbola antar desa ini buat ciloknya juga saya tambah, ya rata-rata bisa dapat Rp300.000-Rp350.000 per hari," ujarnya. (Sigit Dedy Wijaya)