Rumini, salah satu perajin gerabah di Dusun Gunung Cilik, Desa Purwoasri, Kecamatan Kebonagung, Pacitan
Halo Berita

Gerabah Gunung Cilik Menunggu Sentuhan Anak Muda

  • Perkembangan kerajinan gerabah di Pacitan terus berkembang dan semakin diminati. Tetapi usaha yang telah ada selama puluhan tahun tersebut seperti tidak dilirik lagi oleh generasi muda.

Halo Berita
AZ

AZ

Author

Halopacitan, Pacitan—  Jika memasuki daerah Dusun Gunung Cilik, Desa Purwoasri, Kecamatan Kebonagung, Pacitan orang akan langsung disuguhkan berbagai jenis kerajinan tanah liat yang sudah di pajang di depan rumah. Tidak hanya membeli, pengunjung bisa praktik langsung cara bagaimana membuat gerabah

Para perajin gerabah ini tergabung dalam Kelompok Gerabah Seni Maju Asri yang merupakan wadah dari kumpulan para perajin gerabah tradisional maupun gerabah seni.

Sudah puluhan tahun daerah ini menjadi sentra kerajinan gerabah.  “Usaha ini sudah turun-temurun sejak nenek moyang, saya juga tidak tahu persisnya,” kata Rumini (56) salah satu pemilik kerajinan perajin.

Dia mengatakan sejak masih duduk di bangku sekolah dasar dirinya  sudah mulai membuat dengan orang tua, “Itu sekitar tahun 1970an kalau tidak salah dan sekitar 1980an saya sudah memproduksi sendiri,” ceritanya.

Sentra gerabah diDusun Gunung Cilik, Desa Purwoasri, Kecamatan Kebonagung, Pacitan

Sentra gerabah di Dusun Gunung Cilik, Desa Purwoasri, Kecamatan Kebonagung, Pacitan/Roby Hermanzah

Sumarti (51), Ketua Kelompok Gerabah Seni Maju Asri menjelaskan gerabah dari Dusun Gunung Cilik terus berkembang dan semakin diminati.

“Untuk produksi kita mengalami peningkatan dari dulunya hanya 10-15 buah kini bisa 20-50 buah kerajinan per hari. Untuk penjualan semua juga mengalami peningkatan. Saya tidak tahu berapa persisnya peningkatan tetapi rata-rata semua mengalami peningkatan,” katanya.

Dia mengatakan hampir semua warga yang ada di daerah ini bermata pencaharian sebagai perajin gerabah.

Sayangnya, lanjut Sumarti, ada penurunan minat dari generasi muda untuk terjun ke sektor ini. Hal tersebut bisa menjadi ancaman dari keberlangsungan gerabah Gunung Cilik di masa depan.

“Padahal usaha ini  berpotensi untuk meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar. Kami juga ada koperasi yang di dukung oleh pemerintah, tapi tetap saja minat dari generasi penerus sangat sulit untuk di bangkitkan,'' imbuhnya kepada Halopacitan Senin (05/02/2018)

Bahan baku untuk membuat gerabah biasanya diperoleh dari lahan yang disewa perajkin dengan harga Rp1 juta hingga Rp2 juta, tergantung kualitas bahan.

Berbagai produk yang dibuat seperti pot bunga, guci, panci, celengan, vas bunga, tempat minum. Untuk memproduksi gerabah ini, Rumini yang biasanya dibantu anaknya dalam sehari bisa menghasilkan 25 sampai 50 buah dari jenis gerabah traditional, tetapi untuk proses penjemuran sangat bergantung pada cuaca.

Dari pekerjaan ini dia mampu mendapat penghasilan Rp2 juta sampai Rp5 juta perbulan. “Untuk penjualan banyak yang langsung datang k esini, baik dari Pacitan maupun dari luar kota. Disperindag juga sangat mendukung dan memfasilitasi  dengan mengadakan pameran gerabah dan mengajak studi banding ke Yogyakarta,” katanya. (Roby Hermanzah)