
Gogoh Ikan Itu Asyik, Jadi Ayo Lestarikan Sungai Grindulu
Puluhan warga tampak turun ke Sungai Grindulu. Kedua tangan mereka tampak bergerak pelan di bawah air. Seketika ada yang terkejut, ada yang teriak kegirangan tetapi beberapa juga tampak kecewa.
Halo Berita
Halopacitan, Arjosari—Demikian sekilas gambaran lomba gogoh ikan yang digelar di Sungai Grindulu Minggu (21/10/2018). Gogoh adalah istilah dalam bahasa Jawa yang berarti menangkap ikan dengan tangan kosong.
Gampang-gampang mudah untuk melakukannya. Bagi mereka yang cekatan, bahkan bisa saja sekali tangkap dua ekor ikan dia dapat. Tetapi bagi yang terbiasa, terutama jika kagetan saat menyentuh ikan di dalam air, ini adalah pekerjaan yang sulit, tetapi asyik.
Gogoh ikan yang dilaksanakan di bawah Jembatan Sempag (Semo-Pagutan), Kecamatan Arjosari tersebut sebagai bagian dari Festival Grindulu yang digelar secara rutin. Salah satu tujuan dari acara ini adalah bagaimana menjaga dan melestarikan sungai sebagai sumber kehidupan. Gogoh, sebagai kegiatan yang mengasyikkan hanya bisa dilakukan ketika sungai tetap jernih dan layak sebagai habitat ikan.
Meski telah ditebari ikan sebanyak 3000 ikan (jenis air tawar) oleh panitia, ternyata bukan perkara yang mudah untuk menangkapnya dengan menggunakan tangan kosong. Terlebih, ikan-ikan tersebut disebar di aliran sungai bukan di lahan persawahan.
"Kalau di sawah mungkin bisa cepat dapatnya, ini di sungai cukup lumayan sulit untuk dapat," kata Iyon salah satu warga setempat yang ikut menangkap ikan.
Bukan hanya dilakukan oleh orang dewasa saja, anak-anak usia sekolah dasar maupun SMP turut ikut andil dalam kegiatan tersebut. Kerap gelegak tawa pecah di berbagai sudut membuat suasana gogoh ikan ini semakin ramai.
Beberapa mereka membuat kelompok 4-5 orang, kadang mereka membuat sebuah lingkaran besar untuk mengepung ikan. Mereka bergerak dengan posisi jongkok atau membungkuk untuk menggiring ikan ke sudut tertentu. Beberapa orang terlihat melompat kaget karena justru menginjak ikan membuat ikan yang diincar pun lari. Gagal sudah upaya pengepungan itu.
"Kalau tempatnya dalam kaki yang main, misal kaki menyentuh ikan langsung ya kita langsung menyelam, kadang juga terinjak," katanya. Air sungai yang semula agak jernih, tidak sampai 10 menit berubah keruh.
Munirul Ichwan, Camat Arjosari, kegiatan lomba ini adalah bentuk melestarikan ekosistem sungai dan juga tradisi serta memberikan edukasi kepada masyarakat, bagaimana pentingnya menangkap ikan dengan baik dan benar.
''Hal ini merupakan bentuk edukasi kepada masyarakat, tentang pentingnya merawat dan melestarikan ekosistem sungai yang merupakan penunjang kehidupan masyarakat di sekitar aliran sungai, khususnya di wilayah Arjosari," ujarnya di sela-sela kegiatan.
Lomba gogoh ikan ini, panitia hanya memberikan waktu dua jam untuk menangkap ikan menggunakan tangan kosong atau tanpa alat. Selebihnya, para peserta pun diperbolehkan menggunakan alat tradisional seadanya. Bukan di setrum atau diobati, karena hal tersebut melanggar aturan bahkan bisa di denda.
"Kegiatan ini juga sebagai ajang untuk menjalin silaturahmi, dan membangkitkan semangat masyarakat, yang terpenting, gogoh ini merupakan cara menangkap ikan yang ramah lingkungan," imbuhnya.
Grindulu Festifal dimotori Forum Seni Budaya Pacitan (FSBP) bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten dan masyarakat sekitar.
Acara ini diawali dengan melakukan aksi bersih sungai yang diikuti berbagai elemen. “Sangat luar biasa dengan adanya kegiatan ini, masyarakat Arjosari dan Pagutan, secara bergotong royong mulai membersihkan sampah yang ada disungai,” kata Wakil Bupati Yudi Sumbogo.
Kegiatan tersebut dapat dijadikan contoh kepada masyarakat luas untuk senantiasa menjaga lingkungan, supaya ke depannya sampah tidak menimbulkan bahaya. “Jangan buang sampah ke sungai, demi kepentingan bersama, supaya ke depanya bisa dijadikan obyek wisata,” tutur Wabup
