Halopacitan, Pacitan—Halopacitan berhasil mengontak salah satu orang yang pernah menjadi anggota grup tersebut sebelum akhirnya ditendang keluar karena ketahuan dia sebagai penyusup.
Seorang perempuan yang minta disebut sebagai EG tersebut mengatakan awalnya karena penasaran dan ingin membuktikan apakah benar di Pacitan ada komunitas lesbi, gay, biseksual dan transgender (LGBT) mencari informasi ke berbagai sumber. Dengan upaya yang tidak mudah akhirnya EG akhirnya bisa bergabung dalam grup tersebut.
"Saya sangat penasaran, apa iya di Pacitan ada grup gay, akhirnya saya coba masuk grup dan berbincang beberapa orang untuk survey, dan ternyata ada 434 orang di grup itu. Nama anggotanya juga aneh-aneh, nama serta kontak ponsel rata-rata selalu ditampilkan penyamaran. Ada yang bercerita mulainya di Pacitan sekitar tahun 2012an tapi group Whatsapp (WA)-nya dibentuk sejak 2015," ujar EG Senin (22/10/2018) malam.
Sebelum EG dblokir oleh grup tersebut dia sempat tanya jawab cukup banyak dengan salah satu narasumber dan juga pelaku berinisial 'H'. Dari perbincangan itu dia tahu cukup banyak aktivitas komunitas tersebut.
Menurut EG di forum WA tersebut biasanya para anggota melakukan tukar nomor ponsel, janji ketemuan di suatu tempat atau transaksi kencan. "Katanya group itu awalnya berisi lesbi dan gay, akan tetapi karena yang lesbi tidak aktif dan hanya sedikit, jadi groupnya gay saja. Tetapi membernya ada juga yang lesbi dan rata-rata anak sekolah," ungkapnya.
EG sempat bertanya alasannya kenapa dia memilih gay yang dijawab bahwa karena kebutuhan dan meyakini hal itu bukan kelainan. "Katanya tidak resiko hamil kalau penyakit bisa pakai kondom dan bapak-bapak yang istrinya tidak mau melayani katanya larinya juga ke situ. Dia juga bercerita ada yang kawin kontrak untuk beberapa bulan. Bahkan mengaku sebenarnya masih tertarik dengan perempuan," ungkap dia mengutip pesan chat dengan H.
Dia menambahkan, dalam grup tersebut ada banyak pengaruh dari luar kota maupun pendatang. Saat EG bertanya apa tidak takut dosa pria berinisial H itu dengan santai menjawab tidak dan melakukan demi kebutuhan"Sungguh miris dengar pengakuannya," ucap EG
Pelaku berinisial H menyebut komunitas gay paling banyak di daerah pedesaan Pacitan dan bukan di wilayah kota. Sementara, tempat untuk bertemu dengan tidak memanfaatkan seperti di hotel ataupun sejenisnya, tetapi di semak belukar, tempat wisata maupun tempat kos.
"Kebanyakan di wilayah timur dan utara kota. Bahkan ada juga yang cerita kalau dulu main sama anak SD yang diajak ketemuan di alun-alun. Akhirnya anak SD tersebut sekarang jadi pemain dan mempengaruhi teman-temannya. Ada juga sering ketemuan di Pancer Door," sebut EG.
Dia menambahkan, sebelum diblokir oleh narasumbernya grup tersebut memang 100% gay dan sering gonta ganti pasangan. "Kata Mas berinisial H, di grup tersebut 100% gay dan gonta ganti pasangan. Dia cukup muda, dan setiap ada yang lagi nyari dia pasti muncul menawarkan diri. Karena saking penasaran yang menggebu-gebu dan mungkin terlalu menginterogasinya mendalam akhirnya saya diblok dan semua akun di medsos setelah viral semua di privasi, soalnya di grup tersebut ada beberapa yang gabung dengan grup lain," imbuhnya.
Mendengar beredarnya kabar tersebut, beberapa warga pun mengaku sangat miris dan prihatin mendengarnya, terlebih bagi para orang tua maupun pendidik.
"Sangat prihatin tentunya, terlebih kalau terjadi pada anak-anak dan murid-murid saya, bukan hanya orang tua maupun nama anak itu sendiri yang tercoreng, tentunya sekolah pun pasti akan kena imbasnya, belum lagi psikologi anak jika dibulying lainnya," ujar AR, salah satu guru di sekolah swasta. Selasa (23/10/2018).
Sebelumnya, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pacitan H.M. Nurul Huda juga sangat prihatin dengan akan adanya komunitas gay di Pacitan. Hal itu menunjukkan perilaku seks menyimpang sudah merambah hingga ke kota kecil seperti Pacitan. Pihaknya sangat berharap dengan adanya madrasah ini bisa mampu menjadi tameng supaya LGBT tidak berkembang di Pacitan ini.
"Ada seorang masyaik mengatakan, jika Pacitan ini aura negatifnya lebih banyak, maka apa yang tidak kita inginkan akan terjadi. Makanya di madrasah itu pegangannya adalah 'benar dulu baru pintar' ketika benar dulu, akhlaknya akan menjadi lebih baik," ujarnya.
Dikatakannya, perilaku seperti LGBT memang sudah ada dari jaman Nabi Luth beserta para pengikutnya kaum sodhom dan ketika Allah murka maka bukan hanya kaum Sodhom saja yang terkena azabnya, tetapi semua terkena musibah dari hasil perbuatan mereka.
Hal ini juga harus jadi bahan perenungan di tengah banyaknya bencana yang menimpa negeri ini. "Kita banyak tahu dan mendengar pemberitaaan tentang musibah atau bencana alam, semua itu tidak lepas dari perilaku umat yang menyimpang. Semoga persoalan tersebut tidak akan terjadi di Pacitan. Hal yang utama, mari kita lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan mempertebal iman serta senantiasa berdoa agar selalu dalam lindungan-Nya," tambahnya.