Pintu Gua Dawung
Halo Wisata

Gua Dawung, Gerbang Menuju Keindahan di Perut Bumi Pacitan

  • Halopacitan, Donorojo— Masih alami dan belum banyak tersentuh manusia, Gua Dawung menawarkan keindahan dan tantangan tersendiri bagi para pecinta caving atau susur gua. Terlihat dari luar sempit, ternyata menuju sebuah lokasi sangat luas dengan keindahan luar biasa.

Halo Wisata
AZ

AZ

Author

Halopacitan, Donorojo— Masih alami dan belum banyak tersentuh manusia, Gua Dawung menawarkan keindahan dan tantangan tersendiri bagi para pecinta caving atau susur gua. Terlihat dari luar sempit, ternyata menuju sebuah lokasi sangat luas dengan keindahan luar biasa.

Gua yang baru ditemukan tersebut terletak di Dusun Sobo RT02/RW 11, Desa Sekar, Kecamatan Donorojo, sebenarnya Gua Dawung pernah di eksplorasi oleh tim dari luar negeri sekitar 20 tahun lalu.

"Sekiranya pada tahun 1999 pernah ada bule yang masuk ke sini, saya masih kecil. Serombongan lebih 10 orang," jelas Katino (30) warga setempat yang mengantar Halopacitan ke gua tersebut.

Menurut Katino orang-orang bule tersebut masuk dari Gua Dawung dan keluar dari arah Luweng Songo, yaitu gua vertikal yang masih berada di wilayah Desa Sekar. Menurut Katino, jika mengikuti jalan darat di permukaan dari Gua Dawung ke Luweng Songo sendiri jaraknya sekitar 1,5 km.

 

Semula warga hanya menduga Gua Dawung sebagai luweng saja (Halopacitan/Tomi Herlambang)

 

Ia menerangkan jika para bule tersebut keluar di Luweng Songo, itu berati mereka mengikuti aliran sungai bawah tanah. Karena menurut Katino setelah melalui lorong sepanjang hampir 150 meter dari mulut gua akan bertemu dengan persimpangan dimana jika berbelok kekanan akan mengikuti aliran sungai sedangkan yang berbelok ke kiri dengan sedikit menanjak sejauh 20 meter akan bertemu dengan aula besar yang merupakan pusat gua dan oleh warga sekitar yang melakukan eksplorasi disebut dengan Keraton.

"Nah di keraton tersebut pemandangannya luar biasa. Ada telaga yang berair sangat jernih, stalagtit dan stalagmitnya beraneka bentuk bahkan banyak yang menyambung seperti pilar-pilar raksasa. Bahkan jika dibangun rumah joglo di dalamnya biasa muat dua rumah," jelas Katino Senin (22/07/2019).

Sayang saat Halopacitan datang kurang persiapan dan hanya ditemani dua orang warga dan lampu senter saja, sehingga para pengantar tidak berani mengantar masuk kedalam. "Kita tadi oleh Pak RW hanya diizinkan sampai di mulut dalam. Mohon maaf untuk masuk lebih dalam kita sepertinya kurang persiapan, mungkin lain waktu kami antar lagi," ucap Katino yang mengaku baru sekali masuk kedalam hingga mencapai bagian keraton.

Jini (26) pengantar yang lain mengaku dari kecil setiap kemarau sering datang ke mulut gua tersebut untuk mengambil air dari sungai yang muncul dipermukaan mulut gua. "Warga sekitar saat kemarau juga mengambil air disini, sejak jaman dahulu," katanya.

 

Jalur ekstrem untuk bisa masuk ke ruang besar yang ratusan meter di dalam tanah. (Halopacitan/Tomi Herlambang)

Menurut Jini gua yang berada di tanah milik Jumiran tersebut oleh masyarakat sekitar sebelumnya dianggap hanya luweng biasa yang lazim ada di daerah sekitar. "Kan di daerah sini banyak luweng, mungkin lebih dari 20 untuk Dusun Sobo sendiri. Namun kecil-kecil," jelas pria yang rumahnya paling dekat dengan lokasi gua tersebut.

Sehingga ia-pun terkejut saat sebulan yang lalu bersama para pemuda dia menemukan gua yang sangat indah disitu. "Jika melihat pintu air yang masuk ke dalam kan tidak lebar seperti mulut gua pada umumnya, siapa sangka didalamnya sangat luas," sambung Jini lagi.

Atap gua (Halopacitan/Tomi Herlambang)

Untuk menuju ke  Gua Dawung  tidak terlalu sulit. Dari Kecamatan Punung mengambil arah Gua Tabuhan di pertigaan Dusun Gunung Semut, Desa Kendal mengambil arah kekiri menuju ke Dusun Sobo, Desa Sekar. Jaraknya hanya sekitar 3 kilometer dari Pasar Punung.

Sementara dari permukaan tanah untuk mencapai keraton gua sendiri hari melalui tiga gerbang pintu. Untuk mencapai pintu pertama orang harus turun sekitar 12 meter, dari pintu kedua ke ketiga juga harus turun melewati celah sempit sedalam tujuh meter dan dari pintu ketiga hingga mencapai aula keraton harus berjalan kaki mengikuti aliran sungai bawah tanah sejauh kurang lebih 150 meter.