
Harga Tak Juga Membaik, Petani Cengkih Tak Kuat Lagi Menahan Hasil Panen
Para petani cengkih di Pacitan mengeluhkan harga yang belum juga membaik meski mereka sudah menahan hasil panen.
Halo Berita
Halopacitan, Tegalombo—Musim panen cengkih sudah mulai terjadi sejak Juni-Juli 2018 lalu. Petani memilih menahan hasil panen untuk tidak dijual terlebih dahulu karena rendahnya harga komoditas tersebut.
Hanya saja, hingga memasuki September, kondisi pasar tetap tidak menunjukkan tanda-tanda membaik. Sebagian petani pun terpaksa menjual hasil panen mereka karena desakan kebutuhan.,
Menurut pantauan Halopacitan di beberapa tempat, harga cengkih basah sekitar mencapai Rp27.000-Rp28.000. Padahal sebelumnya bisa mencapai Rp30.000 per kilogram. Sedangkan harga cengkih kering berkisar Rp87.000-Rp89.000 ribu per kilogram.
"Sejak dua bulan lalu harga cengkih kering tidak sampai Rp90.000 dan belum ada kenaikan, mungkin kalau daerah lain beda harganya," kata Sulastri, pengepul cengkih di Dusun Gemah Desa Gemaharjo, Tegalombo Senin, (03/09/2018).
Dia menyebut, pada tahun-tahun sebelumnya harga cengkih kering bisa mencapai Rp100.000 bahkan lebih. "Kemungkinan musim panen bareng, jadi harga cengkeh turun, padahal sebagian cengkih milik petani sudah hampir habis," tambah Sulastri.
Senada diungkapkan, Kateno (54), salah satu petani cengkih di Desa Gondang Nawangan, ia mengaku kalau harga cengkih memang tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang mencapai angka Rp 100.000 per kilogram. Dia pun mensiasati dalam memanennya, karena tanaman cengkih yang di milikinya hanya sedikit.
"Kalau pohon cengkihnya banyak masih ada untung misal suruh orang untuk memetik, tapi yang saya miliki cuma enam pohon, sayang kalau diupahkan ke orang, apalagi harga cengkih per kilogram hanya Rp88.000 yang kering, dan Rp28.000 yang basah," katanya
Harga cengkih yang belum membaik ini membuatnya terpaksa harus menjual cengkih yang sudah dia tahan sebelumnya.
"Padahal sejak sebulan lalu masih saya tahan belum saya jual, biar kering dan harga naik, tetapi malah belum naik sampai sekarang, mau tidak mau ya terpaksa harus di jual untuk mencukupi kebutuhan," ungkapnya. (Sigit Dedy Wijaya).
