JAKARTA - Selama berabad-abad, beberapa karya seni, perhiasan, salinan teks, artefak, dan berbagai macam barang-barang berharga lainnya pada zamannya menghilang dan belum bisa ditemukan hingga saat ini.
Berikut adalah lanjutan beberapa harta paling berharga lainnya di dunia yang keberadaannya masih menjadi misteri, seperti dikutip dari Live Science.
16. Q Source
Q Source atau Q adalah teks hipotesis pada abad pertama Masehi yang mengandung ucapan Yesus. Istilah Q digunakan para ahli dan diambil dari bahasa Jerman “quelle” yang berarti sumber.
Jika teks ini benar-benar ada, para ahli meyakini bahwa Q digunakan oleh penulis zaman dulu untuk menyusun Injil Matius dan Lukas.
Teori ini didasarkan pada fakta bahwa beberapa bagian pada Matius dan Lukas terlihat identik.
Walaupun keduanya diketahui bersumber pada Injil Markus, ada beberapa bagian dalam Matius dan Lukas tidak ditemukan pada Markus.
Jika Q Source benar-benar ada atau pernah ada, salinan Q Source tidak pernah ditemukan. Beberapa pakar baru-baru ini menyatakan bahwa Injil Marsion, sebuah teks non-kanonis abad kedua, kemungkinan mengandung bagian-bagian dari Q.
17. Emas di Danau Toplitz
Menurut sebuah cerita zaman dulu, pasukan Nazi pimpinan perwira SS Ernst Kaltenbrunner menenggelamkan emas dalam jumlah besar ke Danau Toplitz, Austria pada akhir Perang Dunia II. Tujuannya adalah agar emas-emas itu tidak direbut oleh pasukan Sekutu.
Ada kemungkinan bahwa ini hanya sebuah cerita legenda.
Ini didukung dengan beberapa pencarian yang telah dilakukan sejak saat itu dan tidak ada yang berhasil. Para peneliti beranggapan bahwa visibilitas danau yang buruk menjadi penyebab kesulitan.
Danau itu juga tertutup banyak kayu gelondong dan puing-puing yang semakin mempersulit dan membahayakan percobaan pencarian emas. Bahkan beberapa penyelam yang mencoba mencari emas di kedalaman air danau itu tewas.
18. Lukisan “Portrait of a Young Man”
Lukisan “Portrait of a Young Man” merupakan karya pelukis asal Italia, Raphael Sanzio (1483-1520). Identitas sosok pada lukisan dan waktu pasti Raphael mengerjakannya tidak diketahui.
Lukisan itu berada di Museum Czartoryski di kota Krakow, Polandia pada bulan September 1939, saat pasukan Jerman menyerbu Polandia.
Anggota Nazi mencuri lukisan itu dengan rencana untuk menempatkannya di Führermuseum di Linz, Austria. Führermuseum atau galeri seni Linz akhirnya tidak pernah dibangun.
Lukisan itu terakhir kali terlihat di sebuah vila kecil milik politisi Nazi, Hans Frank di Neuhaus, danau Schliersee, Jerman pada Januari 1945.
Frank merupakan pejabat Nazi yang ditugaskan di Polandia untuk mengawasi berbagai kejahatan perang dan pembunuhan orang Yahudi Polandia.
Setelah Perang Dunia II, ia diadili dan dijatuhi hukuman mati dan dieksekusi. Namun, lukisan karya Raphael tidak pernah ditemukan.
19. Artefak Peti Mati Kerajaan Polandia
Pada tahun 1800, Putri Polandia Izabela Czartoryska menciptakan apa yang disebut peti mati kerajaan. Peti mati itu merupakan kumpulan artefak keluarga kerajaan yang pernah memerintah. Artefak itu terdiri dari perhiasan yang dikenakan raja-raja Polandia sebelumnya, karya seni, dan kenang-kenangan lainnya.
Peti mati itu akhirnya jatuh ke tangan penjajah Nazi yang menginvasi Polandia pada tahun 1939. Isi peti mati itu sekarang telah hilang.
20. Salinan Drama William Shakespeare
William Shakespeare diketahui merupakan penulis drama “Love's Labour's Won" yang tidak memiliki salinan hingga saat ini. Judul itu kemungkinan adalah sekuel dari drama komedi “Love's Labour's Lost” yang ditulisnya sekitar tahun 1590an.
Dokumen pada tahun 1590an dan 1600an menunjukkan bahwa “Love's Labour's Won" diterbitkan pada tahun 1598 dan masih dijual pada tahun 1603.
Walaupun salinannya tidak ada yang terselamatkan, seorang profesor bahasa Inggris di Universitas Boston, William Caroll, mencatatkannya sebagai kata pengantar untuk sebuah edisi terbit ulang dari “Love's Labour's Lost”.
Beberapa ahli meyakini “Love's Labour's Won" adalah drama lainnya dari Shakespeare berjudul “Much Ado About Nothing”
yang populer dan masih dimainkan sampai sekarang. Royal Shakespeare Company bahkan mengubah judul pertunjukan "Much Ado about Nothing" menjadi "Love Labour's Won" berdasarkan teori itu.