COVID-19 telah menyita banyak konsentrasi. Sinergi antarberbagai pihak terus dilakukan agar pandemi ini segera berakhir. Peran paramedis termasuk tenaga di Puskesmas tidaklah bisa diabaikan. Merekalah garda terdepan penanganan COVID-19 karena merekalah yang paling dekat dengan masyarakat. Bukan saja berpikir masalah pengobatan, mereka pun turut ambil bagian bagaimana anak-anak didik aman bila pembeajaran tatap muka dilaksanakan nanti.
Dilansir dari indonews, Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian menyampaikan “Masyarakat lebih mudah berhubungan dengan Puskesmas dibanding rumah sakit. Untuk itu, Mendagri berharap agar dalam penanganan pandemi COVID-19 ini Puskesmas mengambil bagian yang signifikan, baik dalam aspek pencegahan maupun pengobatan”.
Lebih lanjut Tito menyampaikan, "Karena daya jangkau (Puskesmas) dan daya jaringannya sampai ke daerah-daerah terpencil, saya sangat berharap sosialisasi 3M: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak terus didengungkan. Dan juga 3T: testing, tracing, dan treatment harus terus disosialisasikan", kata Mendagri melalui video conference Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Puskesmas Indonesia (PDPKMI) dan Docquity pada kegiatan Launching organisasi PDPKMI dari Kantor Kemendagri, Senin lalu (17/08/2020).
Dr. Rini Endrawati, Plt Kepala Puskesman Bubakan, Kecamatan Tulakan Pacitan saat dikonfirmasi halopacitan, Senin (24/08/2020) tentang apa yang disampaikan mendagri, dirinya sangat mengapresiasi.
“Selama ini, setiap hari kami berjuang bersama teman-teman. Trimkasih apresiasi dari Bapak Tito Karnavian, yang sangat memberikan support untuk kami. Terus terang kami yang ada di Puskemas, tanggung jawab kami sama besarnya dengan teman-teman yang bertugas di Rumah Sakit”, tuturnya.
“Kami terus memberikan edukasi kepada masyarakat, bukan saja tentang 3M tetapi kami membantu satuan tugas kecamatan untuk membuat regulasi, persiapan apabila sewaktu-waktu kegiatan belajar mengajar dimulai. SOP kami susun bersama team agar pelaksanaan KBM bila nanti jadi dilaksanakan tatap muka benar-benar aman untuk anak-anak”, imbuhnya.
“Dalam pelaksanaan tugas dan implementasi regulasi tentu kami tidak bisa sendiri. Misal dalam hal simulasi pelaksanaan KBM di sekolah, kami perlu dukungan SDM yang paham SOP dan protokol kesehatan”, pungkas Dr. Rini.