Jangkrik goreng
Halo Kuliner

Hujan Datang, Hmmm….Jangkrik Bos!

  • Hujan mulai mengguyur sejumlah wilayah di Pacitan, dan ini menjadi tanda bagi warga Dusun Tugu, Desa Ngunut Kecamatan Bandar untuk melakukan kebiasaan unik mereka, berburu jangkrik.

Halo Kuliner
AZ

AZ

Author

Halopacitan, Bandar—Setelah malam turun, puluhan warga dengan membawa alat penerangan turun ke sawah dan ladang yang mulai basah karena hujan. Baik orang tua dan anak-anak tampak asyik memburu binatang berkaki enam tersebut. Beberapa dari mereka bahkan tampak kerepotan memburu jangkrik yang melompat-lompat karena berusaha menghindar dari perburuan.

Jangkrik yang diburu ini tidak untuk dijadikan pakan burung seperti yang banyak dijual, tetapi untuk konsumsi terutama untuk lauk makan. Kebiasaan ini sudah ada secara turun temurun di wilayah tersebut.

"Kalau desa lain saya kurang tahu, tapi kebiasaan warga di sini setiap awal musim hujan ya mencari jangkrik sawah untuk dikonsumsi. Setelah hujan, biasanya kan jangkriknya pada nongol [keluar]," kata Lukman, salah satu warga kepada Halopacitan, Selasa (06/11/2018) malam.

Menurutnya jangkrik ini banyak di gemari dan dikonsumsi oleh masyarakat terutama di Dusun Tugu. Karena rasanya yang begitu lezat dan gurih. Kenapa tidak membeli jangkrik yang ditangkarkan yang banyak dijual untuk pakan burung? Rasanya beda. Jangkrik liar biasanya lebih padat karena mereka hidup di alam. "Rasanya sangat gurih, bahkan banyak yang bilang lebih enak daripada ayam potong,” tambahnya.

Tetapi bagi Anda yang alergi terhadap protein sebaiknya hati-hati untuk mengkonsumsi kuliner ekstrem ini. Jangkrik, seperti belalang adalah serangga dengan tingkat protein tinggi. Bahkan sejumlah penelitian menunjukkan kandungan protein jangkrik dan belalang lebih tinggi daripada udang. Hal inilah yang menjadikan jangkrik memiliki rasa gurih. Tetapi bagi mereka yang sensitif dengan protein tinggi akan mengalami gatal-gatal pada kulit dan tenggorokan.

Harga jangkrik liar pun cukup mahal yakni sekitar Rp50.000 per kilogramnya. "Tetapi warga di sini mencari jangkrik hanya untuk lauk. Dimakan dengan nasi tiwul dan lalapan, enaknya enggak ada duanya,” ujarnya.

Cara memasaknya pun cukup praktis. Fajar Miftakul Azis, warga lain menerangkan jangkrik yang didapat direbus terlebih dahulu sekitar 5-10 menit dengan sedikit garam. Setelah itu digoreng dengan sedikit minyak.

"Ya kalau chef [koki] pasti variatif cara mengolahnya, sebenarnya cara memasaknya juga tergantung selera saja mau dibuat apa, kalau warga di sini rata-rata direbus dulu baru digoreng, penyajiannya bisa tambah lalapan, bisa ditambah sambel atau lainnya," terangnya.

Bagi Anda yang penasaran rasanya bagaimana, silahkan datang ke Dusun Tugu Desa Ngunut, mumpung sekarang sedang musim jangkrik. Atau silahkan mencari jangkrik di sekitar lingkungan Anda. Rasakan sensasinya dan dijamin anda akan bilang, “Hhmmm jangkrik bos.”