Jawa Timur terus bergerak. Bukan saja dalam hal penanganan COVID-19, namun juga menggeliatkan perekonomian Jatim. Dalam hal ini peran Pondok Pesantren (Ponpes) sangat diharapkan dan mampu menembus pasar halal hingga ke level internasional, melalui 3 program andalan, yaitu Santripreneur, Pesantrenpreneur, dan Sosiopreneur.
"Harapan besar agar Ponpes nantinya tak hanya sebagai lembaga penting pembentuk karakter, namun juga sebagai lembaga yang punya kontribusi signifikan dalam perekonomian daerah," ujar Wakil Gubernur Jatim, Emil Elestianto Dardak saat menjadi keynote speaker acara Webinar Festival Ekonomi Syariah (Fesyar) 2020 secara virtual di Kantor Bank Indonesia Jawa Timur, seperti dilansir dari laman http://birohumas.jatimprov.go.id.
Jumlah Ponpes di Jatim saat ini mencapai 4.718 Ponpes. Di dalamnya terdapat 938.000 santri. Emil optimis dengan jumlah SDM yang hampir menyentuh satu juta itu, segala potensi akan bisa dikembangkan.
"Ini adalah jumlah yang banyak, sehingga mencerminkan potensi dari pondok pesantren. Dimana satu juta santri di dalamnya bisa jadi pilar integritas," tuturnya.
Wagub Jatim tersebut berharap agar Ponpes bisa ambil bagian dalam upaya penggerak perekonomian hingga menjangkau pasar-pasar halal internasional. Pasalnya Indonesia merupakan negara dengan pemeluk Islam terbesar di dunia.
"Saya berharap Ponpes di Jatim bisa menjadi penggerak, bahkan trend center untuk mendorong Jatim bahkan Indonesia sebagai negara dengan ekonomi yang bisa menguasai pangsa pasar halal," imbuhnya.
Tiga Pilar Pendukung Ekonomi Berbasis Pesantren yang telah disiapkan oleh Pemprov Jatim adalah Santripreneur, Pesantrenpreneur, dan Sosiopreneur.
Santripreneur, akan memperkuat pogram pemberdayaan santri, yang nantinya berada di bawah koordinasi Dinas Pendidikan Provinsi Jatim. Strategi ini diharapkan bisa menambah pemahaman dan ketrampilan para santri menghasilkan produk yang bernilai jual lebih.
Sementara itu, Dinas Koperasi dan UMKM akan meluncurkan program one pesantren one product (OPOP) yang akan bekerjasama dengan koperasi Pondok Pesantren. Dirinya meyakini bahwa perekonomian Jatim akan sejalan dengan kepentingan kesehatan di masyarakat.
"Kita tentunya tidak ingin krisis kesehatan ini kemudian menjadi krisis ekonomi yang berkepanjangan. Justru kita ingin bahwa kondisi ekonomi bisa dijaga pada level yang memungkinkan untuk memiliki imunitas terhadap krisis kesehatan," ungkap Emil.
Dirinya berpesan kepada masyarakat agar terus bersama-sama berjuang membangkitkan kembali perekonomian tanpa menomorduakan kesehatan.
"Bukan justru menomorduakan kesehatan, tapi bahwa ekonomi membawa imunitas di tengah krisis kesehatan," pungkasnya