Halopacitan, Pacitan
Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pacitan tahun 2017 mengungkap sebuah fakta menarik. Dari total penduduk kota ini yang mencapai sekitar 552,307 jiwa, sebanyak 67 persen tidak memiliki jaminan kesehatan.
Masyarakat yang memiliki jaminan kesehatan sebagian besar merupakan anggota BPJS Kesehatan, yaitu 16 persen. Sisanya adalah BPJS ketenagakerjaan, askes dan Jamskesmas. Masyarakat yang secara sadar diri membeli jaminan kesehatan melalui asuransi kurang dari 1 persen.
Rendahnya partisipasi masyarakat untuk memiliki jaminan kesehatan dinilai lantaran biaya yang mahal. Contohnya biaya iuran BPJS Kesehatan. Untuk golongan 3, biaya per anggota sebesar Rp 25.500 per bulan. Dengan asumsi satu keluarga 4 jiwa, sebulan butuh biaya Rp 102.000.
“Untuk masyarakat kebanyakan di Pacitan biaya sebesar itu masih cukup berat. Biasanya hanya di waktu-waktu tertentu masyarakat masuk jadi anggota BPJS Kesehatan, setelah itu tak bayar iuran lagi,” jelas Dr Bambang Irawan, Kepala Puskesmas di Pacitan.
Menurut Dr Bambang, fenomena yang biasa terjadi adalah banyak ibu-ibu hamil yang mendaftarkan diri menjadi anggota BPJS Kesehatan. Namun setelah persalinan selesai, keanggotaan itu vakum.
“Harus ada upaya ekstra untuk memberikan kesadaran bahwa BPJS itu penting dan dibutuhkan masyarakat. Semakin tingginya risiko kesehatan harus diimbangi dengan jaminan kesehatan agar kehidupan masyarakat semakin membaik,”ujarnya.
Dedy, seorang keluarga muda dengan dua anak, menuturkan, biaya BPJS paling rendah masih sulit terjangkau. Apalagi jika hanya kepala keluarga yang mencari nafkah. Itu sebabnya jika anggota keluarga sakit Dedy lebih memilih datang ke puskesmas untuk pengobatan.
“Kita hanya bisa cari pengobatan yang murah. Kadang bingung kalau sakitnya parah dan mesti rawat inap. Jika susah banget ke orang pintar saja,” ungkapnya.
Data BPS Pacitan yang disajikan tahun 2017 mencatat fasilitas kesehatan di Pacitan cukup mumpuni. Terdapat 3 Rumah Sakit, 24 Puskesmas, 823 Posyandu Maternal, 10 Klinik dan 59 Polindes.
Untuk mengobati penyakitnya, 64 persen warga Pacitan berobat ke praktek dokter/bidan/klinik; 22,01 persen ke puskesmas/pustu; dan hanya 11 persen yang datang ke rumah sakit. “Sering kita takut duluan ke Rumah Sakit. Bukan tidak percaya dengan dokter, tapi tidak mampu bayar biayanya. Justru kalau ke rumah sakit, bisa jadi tambah parah mas,” tutur Dedi menutup ceritanya.