Sejumlah pusaka  yang akan dijamas di rumah Eksan
Halo Budaya

Jamasan Pusaka, Simbol Membersihkan Hati dan Merawat Jiwa

  • Salah satu tradisi Jawa yang masih bertahan terkait bulan Sura atau Muharam adalah jamasan pusaka atau memandikan pusaka.

Halo Budaya
AZ

AZ

Author

Halopacitan, Arjosari—Ada banyak makna yang terkandung dalam proses memandikan pusaka. Ada yang menyebut untuk menjaga ‘kesaktian’ pusaka, menjaga pusaka tetap bersih hingga pamor tetap terlihat.

Makna lain dari menjamas pusaka adalah membersihkan hati dan jiwa seseorang yang sangat penting ketika dia memasuki tahun baru. Salah satu pusaka manusia adalah kekuatan jiwa, dan pembersihannya dimaknai dengan jamasan.

Eksan salah satunya, warga RT 02 RW 03 Dusun Pojok Desa Tremas menjadi orang yang oleh sejumlah orang di Pacitan kerap diminta untuk menjamas pusaka.  Menurut sosok yang juga dikenal sebagai pawang hujan tersebut, jamasan dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan untuk menjaga keawetan bentuk maupun tekstur dari benda-benda peninggalan orang terdahulu.

"Suatu penghormatan menurut saya, ibarat kita ditinggali ageman [pakaian] oleh nenek moyang, kita menghormati untuk membersihkannya. Kemudian, jamas itu hanya biar bersih saja, soalnya orang terdahulu untuk membuatnya saja pakai tirakat, puasa dan sebagainya, bukan sembarangan," kata Eksan saat ditemui Halopacitan, Selasa (11/09/2018) siang.

Eksan menata sejumlah keris pusaka yang akan dijamas (Halopacitan/Sigit Dedy Wijaya)

Selain itu, menjamas dipercaya bisa memperjelas pamor atau tekstur yang keluar secara alami dari dalam keris.  Di rumah joglo dengan sebagian dinding yang sudah ditembok, Eksan terlihat menjajar keris milik beberapa orang di Pacitan yang ingin di jamas pada Bulan Muharam ini.Meski Bulan Muharam ini merupakan bulan baik untuk menjamas pusaka, menurut Eksan, jamasan pusaka tak melulu harus dilakukan di bulan ini. 

Eksan mengatakan, biasanya menjamas keris dilakukan pada 10 Muharam yang dimulai siang hari, dan sejak kemarin (10/09) hingga saat ini baru terkumpul sejumlah 15 keris. "Ini belum terkumpul semuanya, yang dari Punung dan milik orang dari daerah lain belum diantar ke sini,'' katanya.

Untuk menjamas pusaka, Eksan membutuhkan waktu dua hari dua malam, bahkan, jika terdapati ada keris yang kondisinya sangat kotor parah seperti karatan dan lainnya waktu dua hari tidak cukup baginya untuk menjamas. Sedangkan bahan-bahan untuk menjamas adalah air bersih, daun nanas, buah pace yang sudah matang, dedak dan dengan wadah kentongan yang terbuat dari kayu nangka.

Salah satu keris yang akan dijamas (Halopacitan/Sigit Dedy Wijaya)

"Karena kalau di sini 'ubo rampe' atau bahan-bahan yang lengkap tidak ada. Adanya di sini beberapa bahan tersebut saya rasa sudah cukup, kemudian prosesnya setelah itu yang terakhir juga di sabun dan di kasih katul atau dedak kemudian di jemur. Dan untuk doanya hanya Al-Fatihah saja," jelas Eksan.

Terkait biaya menjamas pusaka, Eksan mengatakan tidak pernah mematok atau meminta dari pihak yang menggunakan jasanya. (Sigit Dedy Wijaya).