
Kekeringan di Pacitan Meluas, Bupati Hanya Bisa Berdoa
Wilayah terdampak kekeringan di Kabupaten Pacitan terus meluas. Bupati Indartato pun tidak bisa berbuat banyak kecuali hanya bisa berdoa.
Halo Berita
Halopacitan, Pacitan— Data terakhir di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menunjukkan sebanyak 31 desa telah mengalami krisis air bersih. Jumlah ini meningkat dari yang sudah dipetakan sejak awal yakni 28 desa.
Menanggapi hal tersebut, Bupati Pacitan Indartato mengaku belum meninjau ke lapangan terkait dampak kekeringan, tetapi pihaknya telah mempersiapkan tim untuk meminimalisasi dampak musim kemarau tahun ini.
"Saya hanya bisa berdoa mudah-mudahan sumber airnya segera ada agar bisa dimanfaatkan, mudah-mudahan segera turun hujan, dan harapan kami turunnya hujan nanti tidak membuat banjir," ujar Bupati, Jumat(05/10/2018).
Ditanya soal inovasi atau progam ke depan untuk menanggulangi dampak kekeringan, pihaknya menegaskan tidak punya inovasi. Tetapi bagaimana masyarakat itu sendiri dalam memanfaatkan sumber-sumber air yang ada tersebut, untuk dapat memberikan masukan kepada pemerintah.
"Kalau inovasi kita tidak punya, hanya jalan yang kita tempuh bagaimana kita memberikan air, mencukupi minimal untuk kebutuhan minum dan sebagainya. Dan jangka panjangnya, jelas kita usulkan sesuai dengan kemampuan APBD melalui Musrenbang, sekaligus di APBD 2019 ada pembenahan saluran atau pipanisasi," imbuhnya.
Sementara, Pujono, Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Pacitan mengatakan anggaran untuk operasional selama musim kemarau baik untuk air maupun operasional kendaraan hanya sekitar Rp80 juta.
"Anggaran segitu sangat minim sekali, makanya kita juga minta bantuan ke provinsi, dari provinsi juga sudah koordinasi dengan PDAM dan sudah oke. Kan sekarang modelnya dari provinsi itu langsung koordinasi dengan PDAM dan PDAM kerja sama dengan kita," kata Pujono (3/10/2018) lalu.
Pujono berharap, ada singkronisasi dari instansi terkait, untuk penanganan dan menekan daerah rawan kekeringan, agar kedepan setiap musim kemarau datang daerah terdampak kekeringan bisa berkurang.
"Droping air ini kan solusi terakhir, sebelum itu kan ada mitigasi, bagaimana memanfaatkan sumber air itu untuk bisa diangkat dan ini juga melibatkan instansi terkait. Jadi misal sudah kejadian BPBD baru bergerak untuk pengiriman air bersih," imbuhnya. (Sigit Dedy Wijaya).
