Halopacitan, Arjosari—Poniran, Kepala Dusun Weru, Desa Borang, Kecamatan Arjosari, Pacitan mengaku terpaksa menggandalkan air sungai karena sumber air di dusunya semua sudah mongering.
Dalam sehari Poniran harus bolak balik sebanyak lima kali dari Dusun Weru Desa Borang ke Desa Gegeran dengan jarak kurang lebih 3-4 kilometer menggunakan truk. Hal itu dilakukannya selain untuk kebutuhannya sendiri juga untuk memenuhi kebutuhan air buat warga di dusunnya.
"Biasanya sehari lima kali ambil air dengan membawa penampungan air ukuran 2.000 liter, dan seringnya sampai malam," ucap Poniran saat ditemui Halopacitan di DAM Sungai Tengi Desa Gegeran Kecamatan Arjosari. Sabtu,(29/09/2018).
Dikatakannya, lingkungannya mulai dilanda kekeringan hampir tiga bulan terakhir. Selain melakukan aktivitas mengambil air memenuhi kebutuhan warga, hal tersebut juga dimanfaatkannya untuk mencuci dan mandi di sungai tersebut.
"Sebenarnya krisis air di Dusun Weru sudah saya sampaikan ke Kepala Desa Borang, pihak desa juga sudah melaporkan ke BPBD katanya kehabisan anggaran. Akhirnya kepala desa membantu kami untuk biaya kebutuhan solarnya, kita cuma modal tangki dan diesel untuk menyuplai air di wilayah kami," ujar Poniran, di sela-sela isi air ke toren.
Selain untuk memenuhi warga di dusunnya, Poniran juga dimintai bantuan untuk menyuplai air di Desa Kalikuning Kecamatan Tulakan, terutama wilayah perbatasan dengan Dusun Weru Desa Borang.
"Iya tapi utamanya daerah perbatasan dengan Dusun Weru Desa Borang, mereka beli air ke saya atau hanya ganti solar saja. Kalau saya ambil air di Desa Ketro itu satu bak air Rp170.000, tapi kalau saya ambil airnya di Desa Gegeran mereka hanya menggati solar Rp50.000, karena jaraknya lebih dekat terutama untuk proyek jalan dan sebagainya," terang Poniran.
Hal tersebut dibenarkan Misradi, warga Desa Kalikuning, walaupun beda desa beda kecamatan, tetapi jarak rumahnya berdekatan, bahkan kali ini Misradi bersama istri pun ikut Poniran mengambil air di Sungai Tengi.
"Iya kita minta tolong ke Poniran, kami hanya mengganti solarnya, soalnya air memang sulit, belik, sumur, sungai juga sudah pada mengering," ujar Misradi.
Sama seperti Poniran, Misradi pun saat ikut mengambil air di sungai dimanfaatkannya untuk mencuci dan mandi. Ia mengaku tidak khawatir akan penyakit akibat memanfaatkan air sungai.
"Mungkin kalau belum terbiasa bisa sakit, mungkin sudah terbiasa sudah kebal, karena air sulit didapat kita manfaatkan air seadanya, dan alhamdulillah sehat," katanya.
Ia berharap pemerintah memberikan solusi alternatif atas dampak kekeringan yang melanda Dusun Weru Desa Borang dan Desa Kalikuning perbatasan. "Semoga ada perhatian dari pemerintah, sehingga kami tidak kesulitan mencari air, apalagi raga juga sudah tua kebutuhan ekonomi juga tinggi," ungkap Misradi. (Sigit Dedy Wijaya).