YOGYAKARTA,– Tulang belakang merupakan struktur yang vital dan kompleks pada tubuh manusia. Salah satu struktur tulang belakang ini berfungsi untuk menjalankan jalur informasi antara alat gerak (kaki dan tangan) dan pusat intruksi (otak).
Hal tersebut diungkapkan oleh Dosen Departemen Ilmu Bedah FK-KMK Universitas Gadjah Mada, dr. Yudha Mathan Sakti, Sp. OT(K), Kamis (24/2/2022).
“Jadi, kalau kita bilang tulang belakang, itu bukan tulangnya saja tapi juga tulang dan segala struktur yang ada di sekitarnya. Segala sesuatu yang berpotensi untuk mengganggu jalannya informasi antara alat gerak dan otak bisa menimbulkan gejala oleh penderita,” tutur Yudha.
Yudha memaparkan bahwa penyebab cedera tulang belakang secara umum ada lima, yaitu karena bawaan atau kongenital, infeksi, trauma (jatuh yang mengakibatkan trauma atau cedera pada tulang belakang yang melibatkan saraf), dan suatu proses kegananasan atau metabolisme. Selain itu, bekerja dari rumah juga berkontribusi menimbulkan tekanan pada saraf tulang belakang yang lebih tinggi atau disebut dengan HNP. HNP menurut Yudha banyak dikenal dengan istilah ‘saraf terjepit’, yaitu penekanan saraf tulang belakang karena rusaknya bantalan tulang belakang.
“Work from home ini juga bisa menimbulkan cedera pada saraf tulang belakang. HNP atau saraf kejepit meningkat frekuensinya pada orang yang bekerja dalam posisi duduk, dimana kalo kita duduk beban itu tidak didistribusikan ke panggul atau lutut dan kaki. Jadi, 100% beban itu diterima tulang belakang, akhirnya bantalannya rusak dan menimbulkan saraf kejepit,” ujar Yudha.
Tulang belakang menurut Yudha terdiri dr 33 ruas dari pangkal kepala atau daerah leher hingga tulang ekor. Insiden lokasi terjadinya masalah tulang belakang banyak terjadi di daerah yang tidak terlalu stabil atau tidak ada struktur yang memegang dengan baik.
“Kalau kita amati saja, yang tidak dipegang dengan stabil pertama itu di leher. Kalau di daerah dada itu yang memegang ada tulang iga, jadi dia relatif stabil dan masalahnya lebih sedikit. Kedua, di daerah pinggang. Ketiga, daerah peralihan, yaitu antara leher dan tulang punggung bagian atas,”
Yudha menyampaikan bahwa tanda cedera tulang belakang antara lain nyeri anggota tubuh yang hebat, kelemahan anggota tubuh bagian atas (tangan) dan bagian bawah (kaki), nyeri disertai riwayat trauma (jatuh), nyeri disertai riwayat keganasan (tumor).
“Ketika nyerinya mengganggu dan tidak bisa berkurang dengan istirahat, harus diwaspadai dan segera memeriksakan diri ke fasilitas atau dokter ortopedi terdekat untuk dilakukan assessment bersama,” jelasnya.
Yudha memberikan tips sederhana untuk menghindari cedera tulang belakang terutama ketika pandemi seperti saat ini. Pertama adalah dengan detoksifikasi handphone. Detoksifikasi bisa dilakukan dengan tidak melihat layer handphone selama dua jam. Kedua, menggunakan standing table ketika bekerja dari rumah. Ketika duduk semua beban diterima tulang pinggang, namun menggunakan standing table membuat beban didistribusikan ke panggul dan lutut. Selain itu, kita dapat memperkuat extensor mechanism tulang belakang.
“Ekstensor tulang belakang adalah otot. Jadi, coba latihan otot tulat belakang dengan stretching dan strengthening otot-otot tulang belakang,” tutur Yudha. (*)
Tulisan ini telah tayang di jogjaaja.com oleh Tyo S pada 27 Feb 2022