Halo Berita

Keren, Gula Aren Pacitan Tembus Pasar Eurasia

  • Kepergian Mega, perempuan asal Desa Temon Arjosari Pacitan ke Turki untuk mengikuti kurasi produk UMKM benar-benar mengubah nasib.
Halo Berita
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

JAKARTA- Kepergian Mega, perempuan asal Desa Temon Arjosari Pacitan ke Turki untuk mengikuti kurasi produk UMKM tidak sia-sia.

Siapa sangka dalam ajang tersebut, negara di kawasan Eurasia itu kepincut gula aren mini cube yang diproduksinya sejak beberapa tahun terakhir.

Awalnya Mega memproduksi secara mandiri dengan hanya dibantu beberapa orang terdekatnya. Seiring waktu dia terus melakukan inovasi termasuk dalam mengemas gula agar terlihat lebih cantik. Bentuknya juga dibuat dalam bentuk kubus mini yang unik. Hal ini ternyata menarik minat pembeli. 

Saat ketika banyak usaha gulung tikar di saat pandemi, gula aren produksi Mega malah kebanjiran pesanan.

Sebagian besar pesanan produksi gula aren Mega justru datang dari luar Pacitan karena usahanya juga aktif menggunakan marketplace atau toko online.

Katika pesanan semakin melonjak dan untuk memperluas usahanya, ia pun membentuk kelompok usaha tani.

Dan tanpa disangka-sangka pula, ternyata dukungan pemerintah Kabupaten Pacitan dirasakannya sangat membantu di dalam memberikan fasilitas kemudahan perizinan dan edukasi sampai ia berhasil membentuk usahanya sendiri dengan nama CV Temon Agro Lestari.

Usaha memang tak mengkhianati hasil ketika ketekunan Mega membuahkan sesuatu yang manis saat usahanya terpilih menjadi penerima manfaat kompetitif program YESS dari Kementerian Pertanian yang membuat bisnisnya terasa semakin prospektif. 

“Dan yang surprise itu saat kami terpilih menjadi penerima manfaat kompetitif program YESS dari Kementan yang membuat usahanya semakin moncer,”katanya dalam rilis Kementan yang dikutip Kamis 18 November 2021.

Dia menggunakan modal hibah itu untuk keperluan pembelian alat produksi dan alat pendukung pemasaran guna pengembangan kapasitas dan jenis produksi gula arennya. Bahkan kini produknya sudah terlabeli halal sehingga bisa menembus pasar yang lebih spesifik.

Tak berhenti sampai di situ, belum lama ini Dinas Koperasi bersama OK OCE Ina Makmur membuka kurasi produk UKM se-Kabupaten Pacitan. Dari 16 peserta UMKM yang lolos hanya 6 UMKM, salah satunya produk gula aren mini cube milik Mega dan berhasil lolos untuk dikurasi masuk ke pasar Turki.

Melestarikan Pohon

Konsep keberlanjutan rupanya menjadi latar belakang usaha Mega semakin lestari. Inovasi bisnisnya menjadi menarik sebab Mega tidak melulu fokus pada penjualan produk menjadi gula aren tetapi Ia bersama kelompok taninya juga melestarikan pohon-pohon aren di sekitar wilayah tempat usahanya.

Mereka menyadari bahwa dari pohon-pohon aren inilah nafkah itu mengalir dan memberikan kehidupan berupa kelompok mata percaharian. Dari sana mereka kemudian mampu mencetak banyak produk berbasis gula aren. 

“Pohon-pohon aren inilah yang memberikan kami dan kelompok mata percaharian sehingga kami mampu mencetak banyak produk berbasis gula aren. Maka wajib hukumnya kami pelihara dan lestarikan,” tegas Mega.

Kementerian Pertanian memang terus mencetak petani-petani muda atau milenial. Anak-anak muda inilah yang diharapkan mampu melaksanakan pertanian modern yang merupakan kunci peningkatan produktifitas.

"Harapannya melalui petani-petani milenial itu akan muncul inovasi-inovasi yang mendorong pertanian modern" kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi, menyatakan jajarannya siap mewujudkan apa yang menjadi amanat dari Menteri Pertanian.

"Kami gerakkan ribuan petani milenial di banyak daerah melalui balai pelatihan pertanian serta politeknik pembangunan pertanian dengan harapan akan cepat muncul kader-kader petani muda inovatif, terampil, jago memasarkan dan berwawasan digital ," ungkap Dedi.

Produk pangan imbuhan yang diproduksi dari pohon-pohon aren di Indonesia ternyata sudah sangat populer di Eropa sejak zaman penjajahan Belanda.  Bahkan Harriet Winfried Ponder penulis Inggris sebelum Perang Dunia II tahun 1942 dalam bukunya Javanese Panorama pernah kesengsem gula Nusantara karena memiliki cita rasa “par excellent” dan wanginya yang khas.