Keren, Penuhi Wisatawan Medis di Indonesia, Dosen UNAIR Luncurkan Medicaltourism.id
Halo Berita

Keren, Penuhi Wisatawan Medis di Indonesia, Dosen UNAIR Luncurkan Medicaltourism.id

  • Riset menunjukkan bahwa sebagian besar orang di Indonesia lebih memilih menggunakan layanan medis. di Singapura. Malaysia, Korea, Eropa bahkan di Amerika. Selai
Halo Berita
Rahmat Deny

Rahmat Deny

Author

Riset menunjukkan bahwa sebagian besar orang di Indonesia lebih memilih menggunakan layanan medis. di Singapura. Malaysia, Korea, Eropa bahkan di Amerika. Selain kompetensi dan fasilitas medis, destinasi medis tersebut juga menawarkan layanan dan pengalaman traveling yang menarik.

 

Menurut SQU Medical Journal yaitu Ada lima faktor yang menjadi penyebab medical tourist mencari perawatan medis di luar negeri, yaitu keterjangkauan biaya, ketersediaan jenis perawatan medis, kemudahan mendapat perawatan medis, perawatan medis yang dapat diterima, serta alasan tambahan seperti: teknologi perawatan, pelayanan di luar negeri yang dirasa lebih profesional, sekalian berwisata.

 

Berangkat dari hal itu, dr. Niko Azhari Hidayat, Sp.BTKV., selaku Dosen Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) UNAIR meluncurkan sebuah  Platform Digital yaitu layanan yang menghubungkan ekosistem wisata dan industri medis bernama Medicaltourism.id di Novotel Samator Surabaya pada Senin (27/9) lalu.

 

dr. Niko yang juga CEO Medicaltourism.id menjelaskan bahwa Medical Tourism Indonesia hadir untuk membantu memfasilitasi dan mempromosikan pariwisata serta medis secara simultan. Hal tersebut, sambungnya, menggunakan konsep “end to end’’,  yang artinya melayani wisatawan medis mulai penjemputan sejak di bandara, kesediaan akomodasi, dan pengantaran ke fasilitas medis serta trip wisata pemulihan hingga kembali tempat asal.

sumber: medicaltourism.id

dr. Niko menyebutkan data dari IMTJ ( International Medical Tourism Journal) bahwa setiap tahunnya kurang lebih sekitar 3 juta orang mengeluarkan biaya kurang lebih 100 triliun rupiah untuk berobat ke luar negeri. 

 

Ia menilai kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan medis di Indonesia. Masyarakat, lanjutnya, enggan memilih lantaran minimnya transparansi harga, teknologi yang kurang memadai, dan lain sebagainya.

 

‘’Padahal Indonesia memiliki banyak dokter-dokter hebat dan tenaga kesehatan (nakes) lainnya. Hal itu sangat disayangkan jika tidak dimaksimalkan, jadi ya Medicaltourism.id ini sebagai pemantik menumbuhkan rasa nasionalisme warga terhadap produk bangsa, dalam hal pelayanan kesehatan,’’ urainya seperti dilansir dari unair.ac.id Senin (27/9/2021).

 

Selanjutnya, Ia juga memaparkan bahwa melalui filosofi logo startup Medicaltourism.id yang berbentuk penta helix itu, bermakna mengajak semua  elemen,  baik  pemerintah, akademisi, swasta, komunitas & media untuk memperbaiki sektor ekonomi dan kesehatan bersama. dr. Niko mengaku sengaja belum menggandeng semua rumah sakit.

 

“Sebab menurutnya lebih baik pelan-pelan sedikit demi sedikit daripada harus semua tapi beberapa ada yang kurang siap,” tandasnya.

 

Dirinya menyadari bahwa strategi dalam menjalankan startup juga sangat tricky dan penuh presisi. Tidak profit oriented. Namun, tentang bagaimana menyeimbangkan, mengakrabkan market melalui pendekatan persuasif, dan pendekatan teknologi. Contoh konkretnya dengan memasukkan konten-konten kesehatan yang dibutuhkan masyarakat di sosmed maupun dalam aplikasi tersebut.

 

Meskipun istilah medical dan tourism berdampingan. dr. Niko menambahkan bahwa pariwisata sebagai pelengkap utama untuk mempercantik sisi psikis pasien saat masa penyembuhan dan kesehatan masih menjadi prioritas utama. Sebagai penutup, dr. Niko meyakinkan bahwa Indonesia mulai berbenah menjadi lebih baik.