Patung kereta kencana di depan Kantor Desa Tanjungsari
Halo Wisata

Kereta Kencana dan Simbol Kekompakan Warga Desa Tanjungsari

  • Patung enam kuda yang menarik sebuah kereta kencana terlihat cukup megah berdiri di Desa Tanjungsari, Kecamatan Pacitan. Sebuah ikon desa yang menggambarkan semangat masyarakat untuk maju bersama mencapai kesejahteraan.

     

Halo Wisata
AZ

AZ

Author

Halopacitan, Pacitan— Patung kereta kencana dari semen tersebut berdiri dengan lebar pondasi 2 meter dengan panjang pondasi 12 meter dan tinggi pondasinya 2 meter. Sedangkan tinggi kuda sekitar 170 centimeter dan tinggi kereta kencana sampai payung dari pondasi 3 meter.

Patung tersebut dibangun pada masa pemerintahan Bambang Sutejo yang menjabat sebagai Kepala Desa Tanjungsari pada tahun 2002-2012. Sekitar pada tahun 2006 Bambang Sutejo merencanakan membuat taman desa yang tengah-tengahnya ada patung kereta kencana. Taman tersebut berada di sekitar di halaman kantor Desa Tanjungsari.

"Patung kereta kencana ini hanya merupakan bentuk simbol saja, dan bukan sejarah dari asal-usul Desa Tanjungsari," kata Mochamad Ichrom, Sekretaris Desa Tanjungsari kepada Halopacitan Jumat (08/06/2018)

Patung yang dibuat dari semen tersebut berukuran dan menggambarkan semangat  warga yang penuh, kekompakan, keguyuban, gotong royong untuk membangun Desa Tanjungsari.

Menurut Sekdes Desa Tanjungsari, patung kereta kencana tersebut mengandung makna yang filosofis, pada patung tersebut terdapat ada enam kuda, seorang kusir dan dibelakang kusir ada dua patung raja dan permaisurinya.  Menggambarkan sebuah ritme dan kerjasama semua komponen untuk terus bergerak maju.

"Tanpa kusir, kuda akan liar sehingga jalan kereta juga tidak akan lancar. Tetapi jika semua berjalan dengan baik maka kereta ini akan bergerak maju dengan baik,” katanya.

Semua komponen, lanjut Ichrom harus bekerja dan menjalankan fungsinya dengan baik serta memberikan apa yang mereka mampu untuk membangun masyarakat. Hal itu digambarkan dengan tulisan di bawah patung yang berbyuni ‘Opo Sumbangsihmu Mring Desomu’ yang bermakna ‘Apa yang telah kalian berikan kepada desamu’

Pembangunan patung ini tidak melibatkan masyarakat karena dikerjakan secara gotong royong atau kerja bakti secara bergiliran oleh seluruh perangkat Desa Tanjungsari yang dipimpin oleh Kepala Desa Bambang Sutejo saat itu.

"Bambang Sutejo memang seorang ahli seni rupa yang mampu untuk membangun dan menyelesaikan patung kereta kencana tersebut mulai dari penggalian pondasi hingga selesai dibangun,"

Jika dinilai dengan uang, mulai dari tenaga kerjanya kemudian bahan material yang dibutuhkan ini kurang lebih bisa mencapai sekitar Rp150 juta.

"Tapi karena ini tenaga kerja baik mulai perangkat desa maupun Kades ini gratis maka biaya yang dibutuhkan hanya untuk material kalau tidak salah pada saat itu hanya menghabiskan sekitar Rp20 juta," katanya.

Patung ini selesai dikerjakan dalam waktu sekitar enam bulan  yang kemudian diresmikan Bupati Pacitan kala itu Suyono (alm).  (Sigit Dedy Wijaya)