Kerupuk, makanan khas Indonesia yang tidak lekang akan zaman. Dari zaman sebelum kemerdekaan sampai hari ini dijaman digital, kerupuk masih menjadi makanan favorit banyak orang. Tidak hanya itu, sebelum pandemi melanda, lomba makan kerupuk seakan-akan sudah menjadi lomba wajib disetiap peringatan hari kemerdekaan kita. Bahkan kalau kita tanya kakek atau ayah kita, rata-rata mereka pernah ikut lomba makan krupuk.
Lomba makan krupuk menjadi favorit disetiap peringatan hari kemerdekaan, dikarenakan permainan ini cukup mudah dan murah. Hanya butuh krupuk dan tali yang harganya murah dan keberadaannya cukup mudah didapat. Selain itu rata-rata orang menyukai kerupuk karena makanan ringan dan rasanya gurih.
Sekilas terlihat sederhana, Peserta akan ditantang adu cepat menyantap kerupuk. Namun, tak semudah yang dibayangkan, kerupuk yang diadu ini akan digantung pada seutas tali. Peserta harus makan mengandalkan mulut saja tanpa melibatkan bantuan tangan.
Kerupuk yang bergoyang di atas tali ini membuatnya sulit dimakan, alhasil butuh usaha dan perjuangan ekstra untuk menyantap habis kerupuk ini. Sehingga makna perjuangan dalam permainan ini pas dengan momen peringatan perjuangan merebut kemerdekaan.
Namun tahukah kamu, kerupuk sebagai makanan yang selalu hadir disetiap peringatan hari kemerdekaan kita juga mempunyai sejarah panjang, dan ternyata menjadi makanan yang sudah ada sejak abad ke-9 atau 10.
Dilansir dari historia.id, menurut sejarawan kuliner Fadly Rahman kerupuk sudah ada di Pulau Jawa sejak abad ke-9 atau 10 yang tertulis di prasasti Batu Pura. Di situ tertulis kerupuk rambak (kerupuk dari kulit sapi atau kerbau) yang sampai sekarang masih ada dan biasanya jadi salah satu bahan kuliner krecek.
Pada perkembangannya, kerupuk juga menyebar ke berbagai wilayah pesisir Kalimantan, Sumatra, hingga Semenanjung Melayu. Masyarakat Melayu di sana menjadikan kekayaan laut macam ikan hingga udang, menjadi kerupuk.
“Itu tercatat dalam naskah Melayu karya Abdul Kadir Munsyi saat menyebut Kuantan (Malaysia), sekitar abad 19, dia juga membahas keropok (kerupuk). Kerupuk mulai disukai di mancanegara sedari masa kolonialisme Hindia Belanda dan dianggap jadi pelengkap yang harus ada dalam berbagai kuliner Nusantara yang mereka santap,” jeals Fadly.
Lebih lanjut ia menerangkan selain sambal, di Suriname yang jadi tempat migrasi orang Jawa di masa kolonial, kerupuk jadi makanan yang populer. Buat orang-orang mancanegara, kerupuk jadi satu hal yang melekat dan menarik minat karena menganggap kerupuk adalah identitas kuliner Indies (Hindia Belanda).