
Keterbatasan Fisik Tak Jadi Halangan Bagi Pasutri Ini untuk Berkarya
Keterbatasan fisik tidak menghalangi pasangan suami istri warga RT 07, RW 03, Dusun Krajan, Desa Mentoro, Pacitan ini untuk bekerja secara mandiri.
Halo Berita
Halopacitan, Pacitan—M. Salim (36) dan istrinya Juariyah (35), keduanya sama-sama memiliki keterbatasan fisik pada kakinya. Namun hal itu tidak menjadikan alasan untuk menyerah. Sejak 2012 pasutri tersebut membuka usaha jasa menjahit pakaian.
Saat Halopacitan datang ke tempat usahanya Kamis (14/02/2019) suami istri itu tampak sibuk dengan pekerjaanya. Beberapa pakaian berbagai model pesanan dari para pelanggan yang telah jadi tertata rapi.
Mesin jahit elektrik terus berdesing menggerakkan jarum jahit dan benang dengan cepat. Tangan-tangan keduanya pun tampak cekatan menggerakkan kain sesuai pola yang dibentuk.
Keterampilan yang mereka dapat tidak lepas dari pelatihan yang pernah mereka dapat dari Dinas Sosial Pacitan. Bahkan kedua pasangan ini pun bertemu saat sama-sama mengikuti latihan di Solo hingga kemudian cinta berkembang dan sepakat menuju pelaminan.
"Pernah dikirim Dinsos ikut pelatihan di Bangil sekitar tahun 1999, kemudian di Solo tahun 2001, tahun kemarin juga di Pacitan sekalian dapat satu mesin jahit," kata Juariyah, di sela-sela menjahit.
Menurutnya, pelatihan yang diberikan juga cukup membantu dan sangat bermanfaat, terlebih ketrampilan yang didapatnya tersebut bisa digunakan untuk bertahan hidup. Meski sebelum mengikuti pelatihan, mereka sudah sedikit-sedikit mengerti soal menjahit.
"Ketika kami [para difabel] diberi pelatihan merasa benar-benar diperhatikan dan tentunya kami sangat berterimakasih, dari pelatihan itu, juga menambah wawasan bagi kami," ungkap ibu satu anak.
Setelah mendapat bantuan berupa mesin jahit, Dinsos pun masih memantau, tentang bagaimana fungsi atau manfaat dari alat tersebut. "Ya kadang dipantau, tapi saat ini belum dipantau," ujar M. Salim, (suami Juariyah) pria asal Demak Jawa Tengah.
Meski mereka tidak menerima pesanan besar karena keterbatasan tenaga, keduanya bisa mandiri dan sudah bisa bertahan sekitar tujuh tahun lebih sejak membuka usaha tersebut. "Biasanya yang ramai jelang lebaran, kalau hari-hari biasa ini yang penting ada yang dijahit saja," sahut Juariyah.
Pemberian pelatihan ketrampilan kepada para penyandang disabilitas memang menjadi salah satu program Dinas Sosial.
"Kalau Bu Juariyah ini pelatihannya di BBRSBD Solo selama satu tahun. Dan untuk pengembangan usahanya kita usulkan bantuan ke provinsi serta kabupaten," ujar Sukmawati, Kepala Bidang Pelayanan Rehabilitasi Sosial, Dinsos Pacitan, saat dihubungi Halopacitan.
Sukma, sapaan akrabnya mengatakan, untuk mengikuti pelatihan tersebut syaratnya hanya punya niat kuat dan mandiri serta usia maksimal 35 tahun. "Berkas persyaratan tidak terlalu banyak dan kita fasilitasi pengiriman serta penjemputan ke Solo. Untuk biaya di sana gratis selama satu tahun," katanya.
Ke depan, lanjut Sukma, Dinas Sosial setelah memberikan bantuan dan juga pelatihan tidak hanya lepas begitu saja, akan tetapi masih terus memantau bagaimana perkembangannya.
"Sebisa mungkin kita pantau, Namun karena terbatas SDM kita, jadi ya belum bisa mengcover semua. Tapi kita sudah pesan kepada mereka, untuk pemanfaatan bantuan bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin," terangnya.
Ia berharap, bagi keluarga yang mempunyai anak difabel tidak perlu malu dan disembunyikan. Agar anak-anak difabel tetep bisa bersekolah dan berkembang sesuai minatnya. "Yang berminat mengikuti pelatihan ketrampilan Dinsos siap memfasilitasi dan mengirim baik ke UPT Dinsos provinsi, UPT Kemensos maupun pelatihan di level kabupaten," imbuh Sukma.
