Pameran tugas akhir SMK 1 Pacitan Rabu (18/04/2018)
Halo Pendidikan

Ketika Anak Muda Menuangkan Keindahan dan Jati Diri dalam Tugas Akhir

  • Berbagai karya bernilai seni tertata rapi di Gedung Gasibu Pacitan. Sekilas karya-karya tersebut seperti hasil kreativitas para seniman ternama.

     

Halo Pendidikan
AZ

AZ

Author

Halopacitan,Pacitan—Ruang Gedung Gasibu seolah berubah menjadi galeri seni. Berbagai karya dipajang dengan tata letak yang menarik. Di satu sudut, terlihat sebuah meja ukir  yang unik terbuat dari tunggak dan potongan kayu campur akar jati yang tidak terpakai. Meski terbuat dari bahan-bahan sisa, meja tersebut terlihat begitu indah.

“Saya sempat putus asa membuat meja ini,” kata Nur Kholis yang menciptakan karya itu kepada Halopacitan Rabu (18/04/2018).

Nur Kholis, bukanlah seniman yang telah memiliki nama besar. Dia adalah siswa SMKN 1 Pacitan. Karya yang dipamerkan adalah hasil karya kelas XII. Barang-barang yang dipamerkan adalah hasil tugas akhir yang merupakan syarat wajib bagi kelas XII SMK ternama di Pacitan tersebut.

Nur Kholis dari jurusan Kriya Kayu itu mengaku banyak kendala yang dihadapi saat menciptakan karya tersebut. "Tingkat kerumitannya juga tinggi, mulai dari ukir sama pengamplasan atau penghalusan, belum lagi finishingnya, berbeda dengan ukir dan amplas papan atau kayu yang datar,"ujarnya

Soal modal pembuatan sebenarnya tidak terlalu besar. Dia hanya mengeluarkan uang sekitar Rp200.000 dan untuk bahannya juga tidak harus beli karena diambil dari kayu sisa-sisa.

Meja Karya Nur Kholis Jurusan Kriya Kayu (Sumber: Halopacitan/Sigit Dedy Wijaya)

Sementara harga jual yang ditawarkan cukup lumana. Untuk meja ukuran banderol Rp300.000 karena kayu jatinya belum tua dan yang besar Rp1,2 juta. Semisal tidak terjual di pameran, hasil karyanya buat kenang-kenangan dirumah,” katanya sambil tersenyum.

Ia juga mengaku pernah putus asa, dan juga belum puas akan hasil karyanya,"Waktu mengamplas penyakit malasnya kambuh, sebenarnya belum puas dengan hasil ini karena bahannya juga kecil kurang besar dan waktunya juga mepet."

Nur Kholis hanya satu dari ratusan tugas akhir yang dipamerkan para siswa. Salah satunya karya dari kulit yang ditampilkan anak-anak jurusan Kriya Kulit yang juga memiliki tingkat kerumitan tinggi. Beberapa karya yang dihasilkan seperti wayang dengan teknik tatah sungging, tas dan ikat pinggang dengan teknik jahit dan karya lainnya.

Harga yang dipatok pun bervareasi tergantung tingkat kerumitan dan bahan. Untuk wayang kulit mentah misalnya harganya sekitar Rp700.000 dan yang satu set ukuran kecil kisaran harga Rp4,5 juta. Karena tingginya harga menjadikan penggemar kriya kulit memang tidak banyak terjual, hanya dari kalangan ekonomi kelas menengah ke atas saja.

“Setiap seni memang memiliki tingkat kerumitan sendiri-sendiri, kalau kriya kulit untuk menghasilkan nilai seni yang bagus dan memiliki nilai jual yang tinggi, anak-anak memang harus dibekali untuk mulai dari pemilihan bahan, gambar atau desainnya, jahitnya, pewarnaannya, penyajiannya dan guru pembimbing pun selalu meberikan wawasan dan juga gambaran karena kriya kulit ini juga memiliki tingkat kerumitan hampir sama dengan yang lain," kata Siti Nur Hidayati, Guru Pembimbing Kriya Kulit.

Untuk juran Multimedia juga menampilkan karya tersendiri dengan menonjolkan photografi. "Pada photografi ini ada dua konsep, dunia terbalik dan kafe, Kami mengambil konsep dunia terbalik, jadi kita menampilkan seolah-olah orang itu di tembok atau atap dari sebuah rumah tua, dan mengenai bahan-bahannya pun juga sederhana, sedangkan untuk konsep kafe pada intinya nanti pengunjung berfoto pada sebuah kafe, dengan hiasan ornamen-ornamen kafe modern, karena untuk di Pacitan sasarannya baru pertama kali disini."kata Damas M. Kelas XII jurusan Multimedia. Dia mengatakan modal pembuatan konsep sekitar Rp1,5 juta.

Konsep dunia terbalik (Sumber: Halopacitan/Sigit Dedy Wijaya)

Mengenai biaya foto pengunjung, Rosa A. kelas XII jurusan multimedia mengatakan tergantung jenis fotonya. “Ada dua jenis yakni Reguler A dan Reguler B, yang reguler A itu fotonya 3 file Rp20.000, yang reguler B 3 file Rp15.000. Kalau premium dua-duanya Rp30.000,” katanya. Minat pengunjung ternyata cukup tinggi. Sehari semalam pameran mereka mendapatkan Rp1,5 juta. Sementara sampai akhir pameran mereka menargetkan Rp14 juta.

Muksim S, guru  SMKN 1 Pacitan sekaligus sebagai koordinator tim penataan pameran tugas akhir tersebut mengatakan siswa  ditantang untuk mempraktikan ilmu yang didapat selama tiga tahun. Semua karya yang diciptakan harus orisinil alias karya sendiri meski tetap ada bimbingan dari guru.

“Dan jika ada hasil karya siswa yang terual, hasilnya ya kembali ke a siswa. Yang jelas pada pameran ini anak-anak dilatih untuk menampilkan jati diri atau karya mereka dan kemudian anak dilatih untuk mempromosikan menampilkan karyanya sekaligus melatih menjual,” katanya.

Sedangkan untuk anak-anak yang berprestasi, mereka itu dapat penghargaan khusus dari yang sudah mendapatkan kejuaraan akan disekolahkan di ISI Jogjakarta, dan tahun kemarin anak yang berprestasi itu diminta oleh salah satu Dinas yang ada di Pacitan sebagai penyuluh sesuai jurusannya, baik dari jurusan kulit,tekstil dan kayu."pungkasnya. (Sigit Dedy Wijaya)