Gemar Sadur (Gerakan Masyarakat Sadar Suveillance), merupakan inovasi antisipasi DBD dan leptospirosis, yang dilakukan oleh masyarakat Desa Gondosari, Punung. Pasalnya Puskesmas Gondosari pernah kewalahan karena tingginya angka kematian yang menyentuh angka 66 persen akibat Leptospirosis, sedang DBD pernah menyentuh angka 105 kasus pada satu kejadian.
Kepala Puskesmas Gondosari, dr. Johan Tri Putranto memutar otak untuk menciptakan satu sistem berbasis kewaspadaan dini dengan pondasi masyarakat sebagai subjeknya. Sejak saat itu lahirlah satu inovasi yang dinamai Gerakan Masyarakat Sadar Surveillance (Gemar Sadur) yang disepakati berbagai pihak utamanya adalah pemdes. Kegiatan dimulai dengan sosialisasi, pembentukan kader, pengamatan, pelaporan, verifikasi oleh kader yang kemudian ditindaklanjuti oleh tim puskesmas, yang kemudian dievaluasi.
“Cara ini efektif, mudah dan cenderung murah. Para kader mendapat tugas mengawasi 10 rumah disekitarnya,” kata dr. Johan saat berkesempatan memberikan paparan Top 45 Kompetisi Pelayanan Publik Jawa Timur (Kovablik) 2020 didampingi Bupati Pacitan Indartato, dan Wakil Bupati Pacitan, Yudi Sumbogo.
Pada kesempatan tersebut Johan membeberkan keberhasilan Gemar Sadur pada dua kasus penyakit yang sempat terjadi, kini angka DBD hanya dilaporkan sebanyak 39 kasus, sedang Leptospirosis hanya 5 persen. “Sistem kewaspadaan dini yang dahulu 0 persen kini menjadi 80 persen,” tambah Johan.
Menghadapi COVID-19, Puskesmas Gondosari juga tampak lebih siap dibandingkan pusat kesehatan lain. Langkah ini diharapkan dapat menekan angka penyebaran pada titik terendah yakni nol atau zona hijau. Bupati pun memita agar wilayah laih juga menerapkan sistem Gamar Sadur.
“Saya meminta pusat kesehatan lain di Kabupaten Pacitan turut mengaplikasikan inovasi tersebut, apalagi sesuai dengan RPJMD tentang peningkatan derajat hidup masyarakat Pacitan sekaligus tepat untuk menghadapi penyebaran virus corona,” harap Bupati.