Ilustrasi: Petani Cabai Millenial
Halo Berita

Mau Jadi Petani Cabai Millenial, Ini Kiat Suksesnya

  • Anak muda yang mau terjun sebagai petani masih sedikit, padahal potensi usaha di sektor pertanian cukup menjanjikan. Salah satu contoh petani yang berhasil adal
Halo Berita
Rahmat Deny

Rahmat Deny

Author

Anak muda yang mau terjun sebagai petani masih sedikit, padahal potensi usaha di sektor pertanian cukup menjanjikan. Salah satu contoh petani yang berhasil adalah Pulung Widi Handoko Alumnus Fakultas Pertanian UGM Angkatan 2014 yang merupakan petani cabai dari Kabupaten Magelang. Sekali panen, omzetnya bisa mencapai puluhan juta rupiah.

 

Kagama Pertanian dan Fakultas Pertanian UGM menghadirkan petani cabai millenial Pulung Widi Handoko, S.P., pada Webinar Kamis (15/4) untuk berbagi kiat suksesnya menjadi petani.

 

Pada kesempatan itu, Pulung menjelaskan bagaimana pengalamannya sebagai petani dan bagaimana membudidayakan cabai dengan baik. 

 

Pulung menjelaskan ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam budi daya cabai agar berhasil.

 

“Untuk budi daya cabai sendiri, yang pertama menjadi kunci adalah pemilihan lahan dan ketersediaan air. Selain itu, pengolahan tanah juga penting seperti pembersihan sisa tanaman atau gulma, pembuatan bedengan, pengapuran, pemupukan dasar, dan penutupan mulsa, jelasnya seperti dilansir dari ugm.ac.id Jumat (16/4/2021)

 

Hal kedua adalah pemilihan varietas (diterima pasar, mempunyai produktivitas yang tinggi, sesuai kondisi lahan, mempunyai keunggulan toleran terhadap OPT tertentu). 

 

Ketiga adalah waktu tanam, lahan kering atau tegalan penanaman pada awal musim penghujan, lahan sawah bekas padi pada akhir musim penghujan.

 

“Pada musim hujan, sebaiknya kita menanam pada jarak yang lebih lebar misalnya 40 x 45cm, atau 50cm x 60cm agar sinar matahari lebih banyak masuk dan mudah untuk melakukan penyemprotan. Penguatan bibit cabai juga harus diperhatikan, penanaman lebih baik dilakukan pada sore hari karena intensitas matahari tidak terlalu tinggi agar lebih survive,” ujarnya.

 

Hal lain yang tak kalah penting menurut Pulung, adalah berkaitan dengan pemeliharaan karena semua orang bisa menanam cabai, tapi tidak semua orang bisa memelihara dengan baik. 

 

Pemeliharaan meliputi sanitasi atau kebersihan (jaga kebersihan lahan, air, tanaman, perkakas yang digunakan), pengamatan (perlu tidaknya pemupukan, serangan OPT, dan kebutuhan air), aksi atau tindakan dan evaluasi.

 

Selanjutnya ia memaparkan ketika cabai mahal, orang cenderung untuk ikut menanam cabai untuk mendapatkan harga mahal. Hal ini harus dihindari karena beberapa bulan kemudian harganya akan mulai turun.

 

Oleh karena itu, sebagai petani harus bisa melihat peluang panen cabai untuk mendapat harga tinggi seperti apa.

 

“Pertama kita harus bisa melihat pertanaman cabai daerah lain (mapping), untuk sentra produksi cabai rawit berada di Jawa Timur. Kalau untuk produksi cabai produksi berada di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sumatera Utara. Kita harus tahu daerah lain menanam cabai di bulan apa dan kita bisa melihat peluang untuk menanam cabai dari hal tersebut,” ujarnya.

 

Sebagai informasi, dari data Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementrian Pertanian, petani muda di Indonesia yang berusia 20-39 tahun hanya berjumlah 2,7 juta orang. Jumlah ini hanya sekitar 8 persen dari total petani kita yang berjumlah 33,4 juta orang.