Warga membuktikan kedalaman mbag yang mencapai dua meter menggunakan bambu
Halo Berita

Mbag, Sawah Unik Sedalam Dua Meter di Desa Gayuhan

  • Berapa kedalaman lumpur sawah? Biasanya ada di bawah lutut. Tetapi di Dusun Banaran, Desa Gayuhan, Kecamatan Arjosari, Pacitan ada yang disebut ‘mbag’, sawah unik dengan kedalaman bisa mencapai dua meter. Bagaimana cara mengolahnya?

     

     

Halo Berita
AZ

AZ

Author

Halopacitan, Arjosari--Desa Gayuhan dikenal dengan julukan Panen Raya, karena di wilayah ini sawah bisa panen hingga tiga kali. Di antara hamparan sawah yang menghijau di wilayah ini, ada beberapa hektare yang disebut Mbag atau juga jombor.

"Ada 10 hektare area persawahan yang jenis tanahnya mbag atau jombor. Terletak di Dusun Banaran Desa Gayuhan. Ada yang dalamnya satu meter, bahkan lebih dua meter juga ada,” kata Zainal (50) perangkat di Pemerintahan Desa Gayuhan kepada Halopacitan Jumat (19/01/2018).

Bagi petani kedalaman tanah liat yang dalam itu tidak ada hambatan. Tanah masih tetap diolah meski dengan teknik khusus. Saat mencangkul atau menanam misalnya, petani menggunakan dua bilah bambu yang digunakan untuk berpijak agar tidak tenggelam. Hanya saja menurut Zaenal, padi yang ditanam di mbag ini lebih rentan diserang penyakit.

Tidak jelas asal muasal kenapa sawah di tempat ini bisa sangat dalam layaknya rawa. Bisa jadi dulunya memang rawa. Namun menurut Alfian (28), salah satu warga berdasarkan cerita tutur yang dia dengar dri orangtuanya, awalnya area persawahan Dusun Banar itu dulunya adalah sungai.

"Seiring tahun berganti, sungai mulai bergeser ke arah timur. Lama kelamaan bekas sungai tadi menjadi lahan yang luas, akhirnya diolah dan dijadikan lahan persawahan sampai sekarang,” katanya.

"Mungkin memang karena tanahnya bercampur pasir dan air serta lumpur jadi tanahnya banyak yang mbag atau Jombor," imbuhnya.

Sementara Fauzan (45), warga yang lain masih berdasarkan cerita tutur mengatakan dulu area persawahan ini muncul sumber air asin yang biasa disebut masyarakat segoro anakanyang semakin lama semakin luas.

Kemudian datang seorang santri dari kota Rembang Jawa Tengah,yang ingin menyebarkan ajaran agama islam bernama Hanafi.

“Pada waktu itu Hanafi melihat kejadian yang aneh di daerah tersebut,akhirnya dengan segala upaya akhirnya sumber air asin bisa tertutup dan lama kelamaan air asin tadi surut dan menjadi lahan yang luas,yang sekarang menjadi lahan persawahan. Kemudian Hanafi  menetap tinggal di Dusun Banaran Desa Gayuhan, untuk menyebarkan ajaran agama Islam, sampai punya keturunan dan bersemayam di Desa Gayuhan," imbuhnya.( Sigit Dedy Wijaya)