Monumen Jenderal Sudirman Pacitan
Halo Wisata

Menikmati Kesejukan Alam dan Semangat Sudirman di Mojensu

  • Sebagai salah satu dataran tinggi di Pacitan, Desa Pakis Baru menghadirkan suasana yang cukup sejuk hingga layak digunakan untuk bersantai. Bukan itu saja, wilayah ini menyimpan catatan sejarah sebagai bagian penting dari perjuangan Indonesia mempertahankan kemerdekaannya

Halo Wisata
AZ

AZ

Author

Halopacitan,Nawangan--Di desa ini, tepatnya di Dusun Sobo, pada tahun 1949 menjadi markas gerilya Panglima Besar Jendral Sudirman.  Ketika Ibukota Republik Indonesia yang pada saat itu berkedudukan di Yogyakarta diserang Belanda, Panglima Besar Jenderal Sudirman memimpin langsung perang meski dalam keadaan sakit.

Sudirman dan pasukannya terus bergerilya dan menempuh jarak ribuan kilometer.  Dalam perjalanan gerilyanya, ketika akan kembali ke Yogyakarta mereka diadang Belanda sehingga memutuskan untuk menetap di Pakis Baru. Terhitung sejak 1 April hingga 7 Juli 1949 pasukan gerilya Jenderal Sudirman menetap, waktu terlama selama gerilya.

Untuk mengenang perjuangan ini, pada tahun 1987 pemerintah kemudian membangun Monumen Panglima Besar Jenderal Sudirman, tepatnya di Dusun Menur, Desa Pakis Baru, Kecamatan Nawangan.

Lokasi ini tak jauh dari Dusun Sobo, di mana rumah yang menjadi markas gerilya berada. Lebih dikenal dengan singkatan Mojensu, lokasi monumen yang menjadi tujuan wisata ini dapat ditemui setelah perjalanan sekitar 2 km dari jalan utama jalur Nawangan - Bandar.

Tidak ada tarif khusus memasuki lokasi ini, pengunjung hanya dimintai sumbangan seikhlasnya. Memasuki kawasan wisata, pengunjung langsung disuguhi patung gagah Jenderal Sudirman setinggi 8 meter.  Terdapat anak tangga berurut sebanyak 45 - 8 - 17 untuk mencapai patung, representasi dari hari kemerdekaan Indonesia.

Hamparan rumput hijau di lapangan di bawahnya semakin memanjakan mata. Di sekeliling lapangan, sebagai media edukasi, dibangun panel-panel relief yang menggambarkan perjuangan Jenderal Sudirman.

Dibangun tahun 1987, Mojensu kemudian dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Kini, kawasan wisata ini dilengkapi gelanggang terbuka (amphitheater), ruang audiovisual, museum diorama, serta pasar seni. Sejak saat itu, jumlah pengunjung pun meningkat pesat. Puncak ramainya pengunjung umumnya di hari Minggu dan hari libur.

Tidak ada persiapan khusus dari pihak pengelola wisata untuk menyambut tahun baru 2018. "Tidak ada kegiatan apa-apa di sini. Namun pengunjung tetap ramai. Puncaknya nanti libur tahun baru tanggal 1," ungkap Yatno penjaga loket wisata.

Situm penjual makanan ringan di lokasi wisata menambahkan, "Kalau liburan tahun baru sudah seperti lebaran saja, jumlah pengunjung sampai ratusan". Pengunjung wisata tidak hanya dari Pacitan akan tetapi juga dari kabupaten sekitar Pacitan.

Yatno juga menyampaikan bahwa Kawasan Wisata Mojensu lebih cocok untuk kegiatan seni budaya dan pendidikan dibandingkan hiburan.

"Seperti kegiatan beberapa waktu lalu, pertunjukan Kethek Ogleng digelar di sini. Pengunjung yang datang banyak sekali. Tempat ini juga sering digunakan untuk kegiatan Pramuka. Tidak hanya dari Pacitan tapi juga kabupaten tetangga," imbuhnya. Adanya lapangan yang luas dan ruangan-ruangan untuk kegiatan publik memungkinkan tempat ini untuk menjadi lokasi kegiatan yang sifatnya masal.

 

Untuk kuliner, selain pedagang yang membuka lapak di area wisata, pengunjung dapat menemukan warung makan di luar area tepatnya di pinggir jalan utama. Terdapat juga hotel di wilayah ini, sehingga Anda yang datang dari luar Pacitan, tak perlu khawatir jika ingin menginap.  (Anita Bidaryati)