Warga mengambil air dari mata air Gupit
Halo Berita

Menjaga Mata Air Gupit Tetap Mengalir

  • Di area yang sedang gersang-gersangnya karena kemarau panjang, serumpun pohon pandan terlihat mencolok karena warnanya yang hijau subur. Sederhana, tetapi inilah tempat yang sangat berharga bagi Dusun Gupit Desa Kedungbendo, Kecamatan Arjosari Pacitan.

Halo Berita
AZ

AZ

Author

Di area yang sedang gersang-gersangnya karena kemarau panjang, serumpun pohon pandan terlihat mencolok karena warnanya yang hijau subur. Sederhana, tetapi inilah tempat yang sangat berharga bagi Dusun Gupit Desa Kedungbendo, Kecamatan Arjosari Pacitan.

Tumirah dengan sabar menunggu air mengalir dari selang yang dia pegang. Ujung selang itu masuk ke dalam sebuah sumur tertutup yang jika dibuka memiliki kedalaman 2 meteran.  Panas yang terik tak membuat Tumirah menghentikan upayanya.

Inilah mata air Gupit yang menjadi andalan warga. Meski terbatas dan harus berbagi dengan sesama warga, keberadaan tempat ini membuat setidaknya mereka bisa memenuhi kebutuhan air. Bahkan mereka tidak pernah meminta bantuan air seperti yang dilakukan banyak warga.

Terletak 50 meter dari balai Dusun Gupit, mata air tersebut berada di samping parit. Walaupun tidak lagi dialiri air semenjak kemarau ini,  beberapa warga yang gigih mampu menemukan empat titik sumber kecil yang masih menggenang di sepanjang parit. Hal itu pun kemudian dimanfaatkan warga untuk memenuhi kebutuhan air setiap harinya.

Sogiran (60) salah satu warga mengatakan untuk menjaga aliran air tetap mengalir, harus dilakukan pengecekan rutin minimal tiga kali sehari. “Atau setiap aliran air mati maka harus segera dicek kondisinya,” katanya Jumat (18/10/2019).

Warga Dusun Gupit kebanyakan menggunakan selang untuk mengambil air di setiap sumber air. Sehingga kegiatan pengecekan air tersebut umum oleh warga disebut dengan “nurut selang”.

Tri Waspodo warga lain mengatakan meski aliran kecil, masih mampu mencukupi kebutuhan air, terutama untuk masak dan minum.

Mata air ini begitu berharga bagi warga, jadi wajar jika mereka menjaganya dengan sepenuh hati. Tumirah, salah satu warga yang mengambil air mengatakan masyarakat secara rutin membersihkan lokasi mata air apabila di sekitarnya terdapat sampah.

Sebagai tanda syukur, setiap tahun juga dilakukan tradisi bersih-bersih mata air yang disebut sebagai ‘bersihan’ setiap bulan Dzulkaidjah pada Jumat Pahing.

Kegiatannya membersihkan sekitaran sumber air dan memanjatkan doa selamat dalam bentuk kenduri oleh masing-masing keluarga. Dalam kenduri tersebut secara turun temurun, makanan yang disediakan adalah nasi putih dan krawon capar yakni campuran capar dan parutan kelapa yang rasanya gurih. Saat ditanyai, apakah ada maksud tertentu dibalik ketetapan makanan tersebut, Tumirah menjawab “Kata orang dulu itu bersyukur dengan seadanya dan semampunya”.