Halopacitan, Pacitan – Penambang pasir tradisional di sekitar Sungai Grindulu memang terpaksa menggunakan tehnik menyelam, untuk mendapatkan pasir dengan kualitas terbaik.
Muhammad Ardiansyah (40) salah satu penambang asal dusun Dayakan, Desa Bolosingo, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan mengatakan dalam sehari ia bekerja selama kurang lebih 8 jam. Tak terhitung berapa kali dia harus menyelam pada kedalaman sekitar 2 meteran, untuk mengais pasir.
”Mulai kerja jam 07.00 pagi sampai jam 04.00 sore. Biasanya nyilem (meyelam) sampai bawah sekitar dua meter kadang lebih,” ucapnya kepada Halopacitan saat kami temui di Sungai Grindulu, Senin (12/11/2018).
“Kalau enggak menyelam pasirnya enggak bagus, biasanya masih bercampur tanah,” tambah Ardiansyah.
Menyelam bukan akhir dari kerja. Setelah pasir terkumpul kemudian para penambang pasir memangul pasir itu dengan keranjang ke dalam mobil yang lokasinya cukup jauh dari tepi sungai. “Harus menaikan ke bak mobil, jalan sekitar 30 meteran. Beratnya sekitar 40 kilo,” kata Santoso, penambang pasir yang lain.
Dalam sehari rata-rata ia dapat memenuhi dua bak mobil pickup dan memperoleh upah Rp60.000 per pickupnya. “Satu bak pickup biasanya butuh waktu tiga jam lebih, dapatnya Rp60.000,” ungkapnya.
Namun ia harus memperhatikan cuaca di hulu sungai, yang sewaktu-waktu dapat mendatangkan air bah hingga mengancam keselamatannya. “Sering-sering melihat cuaca di arah hulu, khawatirnya sewaktu-waktu arusnya besar,” Pungkasnya.