Pasokan air bersih dari BPBD Pacitan ke Dusun Sengon Jumat (24/08/2018)
Halo Berita

Mobil Tangki Datang, dan Senyum Lega Pun Berkembang

  • Sebuah mobil tangki air bergerak pelan memasuki Dusun Sengon, Desa Sambong, Pacitan Jumat (24/08/2018). Sudah seminggu lebih suara mesin kendaraan itu ditunggu oleh warga dusun tersebut.

Halo Berita
AZ

AZ

Author

Halopacitan, Pacitan—Mobil berhenti di beberapa titik, mengisi drum air milik warga yang sudah disediakan di tepi jalan.  Senyum lega terlihat di jelas di wajah sejumlah warga melihat drumnya telah terisi air bersih.

"Kalau sudah dapat kiriman air ini, adem dihati, pikiran juga tenang,” kata Juwair (76), warga RT 02 Dusun Sengon Desa Sambong Pacitan saat menerima pasokan air.

Dusun Sengon memang menjadi salah satu wilayah yang mengalami kekeringan di musim kemarau ini. Semua sumur dan sumber mata air yang ada di dusun itu telah kering membuat masyarakat tidak punya banyak pilihan untuk mencukupi kebutuhan air. 

Pasokan air bersih yang dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pacitan menjadi salah satu pilihan warga. Masalahnya, droping air dilakukan dalam jeda waktu yang menurut warga masih terlalu lama. Pasokan air biasanya habis dalam waktu 3-4 hari, sementara tangki datang bahkan bisa dua minggu sekali.

"Baru dua kali dikirim air bersih, ini pun jaraknya dari bantuan yang pertama hampir dua minggu," kata Juwair (76), warga RT 02 Dusun Sengon Desa Sambong Pacitan saat menerima pasokan air Jumat (24/08/2018).

Karena air hanya cukup untuk empat hari, maka pilihan kedua yang ada harus diambil, dan itu membutuhkan perjuangan yang tidak mudah. Dia harus mencari sumber air ke daerah lain yang jaraknya sekitar dua kilometer lebih menggunakan jeriken 20-30 liter. 

"Seirit-iritnya dua drum ini tiga hari habis. Ya kalau sudah habis biasanya anak yang cari air ke sungai bawa jeriken, tapi airnya tidak enak kalau diminum, karena campur aduk buat nyuci dan mandi warga lainnya," ungkapnya.

Dia membayangkan kalau pengiriman air dilakukan empat hari sekali, maka dia dan warga lain tidak harus bersusah payah mencari air yang kualitasnya juga tidak memadahi.

Sri Suryati warga lainnya mengaku hal yang sama. Setiap ada pasokan air bersih dia mendaat satu drum yang habis 3-4 hari. "Itupun sudah irit pemakaiannya, karena kebanyakan warga sini buruh ke kota, seperti tukang masak, PRT, bangunan, jadi kalau balik sorenya itu sudah mandi kadang juga nyuci," kata Sri.

Sama seperti Juwair, ketika air habis dia mencari sumber air ke desa terdekatnya, seperti ke Desa Pucangsewu dengan membawa jeriken menggunakan motor, bahkan ada yang harus jalan kaki.

"Ada juga warga yang jalan kaki sambil memikul bawa dua ember, kalau jaraknya dua kilometer ada. Semoga bantuan air ini tidak menunggu lama, paling tidak empat hari sekali, lebih dari itu warga mulai kesulitan cari air lagi," imbuhnya. (Sigit Dedy Wijaya).