
Mudah, Budidaya Jamur Tiram Tawarkan Keuntungan Tinggi
Budidaya jamur tiram di Kabupaten Pacitan memiliki peluang menjanjikan. Selain perawatan yang tidak terlalu rumit, keuntungan yang ditawarkan cukup tinggi serta permintaan pasar juga masih cukup luas.
Halo Berita
Halopacitan, Arjosari—Sumanto (35), salah satu pembudidaya jamur tiram, warga di Dusun Sinoman Desa Jatimalang, Kecamatan Arjosari mengatakan budidaya jamur tiram di Pacitan saat ini masih minim hingga tidak bisa mengejar permintaan pasar.
"Di Pacitan yang budidaya jamur tiram masih sedikit, hingga untuk memenuhi permintaan pasar masih kurang," ujarnya kepada Halopacitan, Selasa (4/12/2018).
Sumanto memulai budidaya jamur tiram di lahan 6x11 meter tersebut sekitar lima tahun silam, setelah sekolah dan mendapatkan pelatihan di BLK Pacitan selama kurang lebih satu tahun. Saat ini ia sudah memiliki sebanyak 2.000 baglog, atau tempat jamur tumbuh, tetapi yang siap panen baru seribu baglog, dan seribu lagi masih proses penyebaran benih.
"Kalau modal rata-rata per baglog itu Rp1.000, tetapi belum dihitung dengan tenaga jika memperkerjakan orang. Ringannya budidaya jamur ini modal tidak terasa dan bisa dicicil, misal hari ini menyiakan serbuk gergaji, kemudian bekatulnya dan seterusnya. Tapi sekali berhenti kemudian memulai lagi itu akan terasa," katanya.
Sumanto menceritakan, pernah memiliki sebanyak 2.800 baglog, dan setiap harinya ia bisa meraup uang dari hasil panen sekitar Rp100.000-Rp150.000. "Karena pada waktu itu belum ada aktivitas lain, jadi bisa lebih fokus. Ketika kontinu ada hasil, modal tidak akan terasa, makanya saya pertahankan budidaya jamur ini," ungkapnya.
Dijelaskannya, baglog tersebut berisi serbuk gergaji, katul dan kalsium yang diwadahkan dalam plastik berukuran 05. Setelah terisi padat plastik kemudian ditutup rapat agar air tidak masuk.
Selanjutnya dikukus dalam wadah yang memuat sekitar 100 baglog, dengan memakan waktu sekitar empat jam. Setelah itu didiamkan selama satu hari sebelum kemudian ditabur benih yang dibelinya dari petani jamur senior yang sudah menurunkan benih sendiri dari indukan. Baglog yang sudah ditanami benih itu kemudian ditutup kertas.
"Satu baglog bisa panen 5-7 kali panen, sesuai perawatan. Pagi ini tadi sudah saya panen empat kilogram dengan harga per kilogramnya Rp15.000," jelasnya.
Perawatan jamur juga tidak sulit tetapi cuma butuh ketelatenan. Setelah panen baglog harus dibersihkan hingga akar-akarnya dan tidak menabur benih kembali atau tinggal menunggu biar tumbuh lagi. Namun, ketika menyisakan akar pada baglog, akan menjadikan busuk, meski tumbuh biasanya aka nada ulat jamurnya.
"Kesulitannya waktu kemarau kemarin suhu dan cuaca panas, kalau sekali tumbuh kena udara dan panas mengkerut dan tidak bagus hasilnya, karena budidaya jamur ini butuh kelembaban tinggi. Sebenarnya bisa diakali, ditutup rapat ruangannya, di bagian samping atas dikasih ventilasi untuk sirkulasi udara, terus lantai itu yang bagus tanah kemudian dialiri air biar dingin," terangnya.
Ke depan, ia pun juga berencana untuk pengembangan menjual olahan jadi berupa crispy jamur, namun hal itu masih menunggu stok jamur banyak dulu. Sedangkan penjualannya, ia tidak kesulitan, selain ke pasar, juga ada beberapa orang langganan yang siap mengambil ke rumah.
"Di daerah sini baru ada tiga orang yang budidaya jamur, cuma yang satu orang tidak membuat baglog tapi hanya membeli baglog dari saya perbaglog saya jual Rp2.500, dan misal pemula kesulitan menjual saya pun siap menampung," imbuhnya.
