Halopacitan, Arjosari— Di Dusun Jaten Desa Gegeran, Kecamatan Arjosari, Pacitan para petani terlihat mulai menggarap lahan tadah hujan milik mereka. Menurut mereka belum ada cara efektif untuk menjaga ladang mereka dari serbuan babi hutan.
"Biasanya awal musim tanam ini sudah kelihatan ada jejak telapak kakinya, tapi dua hari ini belum kelihatan. Apa sudah pindah ke daerah lain karena kemarau panjang atau lainnya saya kurang tahu,” kata Katwadi (53) warga setempat Jumat (09/10/2018).
Dia menamabahkan babi akan mulai merajalela bahkan ketika tanaman baru tumbuh. “Biasanya tanaman baru kelihatan ada daunnya dan belum tinggi, sudah banyak yang dirusak," tambahnya saat ditemui di ladang miliknya.
Bersama istrinya, dia tengah menyiapkan lahan untuk menanam singkong, kacang tanah dan juga jagung yang butuh waktu 3-5 bulan untuk panen. Selama itu, dia harus terus melawan ancaman babi hutan yang lebih akrab dipanggil celeng atau andapan
"Waktu ketemu petani dari desa lain pas beli pupuk, atau pas ke tempat saudara yang dibicarakan juga sama yaitu babi hutan apalagi di daerah perbukitan seperti ini. Parahnya, tanaman belum berumur sebulan, sudah diporak-porandakan babi hutan," lanjutnya.
Sementara, Supiyah, istri Katwadi juga mengaku sangat bingung untuk mengatasi celeng. Pagar keliling yang dibuat dari bambu atau rumpug gajah kerap tidak mengatasi masalah. Akibatnya para petani kerap harus bermalam di ladang untuk menjaga serbuan binatang ini.
"Kalau dibunuh, diracun kan dosa, setidaknya diusir saja. Di pagar pun masih juga bisa diterobos. Kalau mau panen, malam hari bapaknya juga menunggu di gubuk ini, kalau tidak ditunggu ya tidak panen," akunya.