Sisa-sisa longsor Dusun Papringan, Desa Gembong Kecamatan Arjosari
Halo Berita

Nasib 9 Keluarga Korban Longsor Dusun Papringan Masih Masih Terkatung-Katung

  • Sebanyak 35 rumah di Dusun Papringan, Desa Gembong Kecamatan Arjosari rusak karena bencana banjir dan longsor akhir November 2017 lalu. Dari jumlah itu sembilan keluarga yang belum mendapatkan kepastian tentang nasibnya.

     

     

Halo Berita
AZ

AZ

Author

Halopacitan, Arjosari--  Rumah yang rusak terletak di RT1 dan RT2 RW4 Dusun Papringan. Sebanyak 128 warga dari 35 keluarga tersebut awalnya mengungsi namun sebagian telah kembali.

Sementara pengungsi lain masih tinggal di posko pengungsian yang ada di dekat masjid Dusun Papringan dan yang lain tersebar di rumah tetangga atau saudaranya.

Sukatman,(48), Kepala Dusun Papringan saat ditemui Halopacitan di posko pengungsian mengatakan sampai saat ini sebanyak delapan rumah rusak ringan dan sudah bisa ditempati kembali. Sementara delapan rumah rusak sedang sedang dalam tahap perbaikian namun belum bisa dihuni.

Rumah yang mengalami rusak berat, menurut Sukatman, mencapai 19 unit. Dari jumlah itu 10 rumah dibangun kembali dengan bantuan TNI di tanah milik mereka. Sementara sembilan yang lain belum bisa dikerjakan karena tidak memiliki tanah untuk membangun rumah baru.

Rusmono (47), Sekretaris Desa Gembong mengatakan sebenarnya pemerintah desa sudah memikirkan nasib sembilan keluarga yang belum mempunyai tanah untuk membangun rumah baru, namun masih harus menunggu keputusan dari pemerintah kabupaten.

“Kami dari Pemerintah Desa belum bisa berbuat lebih dan masih menunggu tindakan selanjutnya dari Pemerintah Daerah, apakah mau direlokasi atau tidak, karena longsor di dusun Papringan Desa Gembong termasuk zona mera. Untuk alternatif dari Pemerintah Desa Gembong sudah ada rencana yaitu merelokasi ke tanah kas desa, dengan pinjaman 20 tahun,” katanya kepada Halopacitan Sabtu (13/01/2018).

Sementara Sunardi (50), salah satu warga yang tidak mempunyai tanah, mengatakan masalah tanah menjadi kendala utama mereka. “Kalau kami punya tanah untuk dijadikan tempat tinggal kami sekeluarga tidak akan berlarut-larut dalam kesedihan seperti ini, Gubuk yang kami tempati ini masih dipinjami sama Pak Gito,” katanya menyebut nama salah satu warga.

Hal senada juga dikatakan Asrifah (50) warga lain yang juga tidak memiliki tanah. Dia berharap pemerintah segera memberi kejelasan tentang nasib mereka.  “Semoga pemerintah daerah memberikan kejelasan bagaimana kami ke depannya" harapnya. 

Sementara untuk kebutuhan posko pengungsian sendiri tidak terlalu ada kendala. Menurut warga pasokan sembako masih cukup untuk setidaknya satu bulan ke depan. (Sigit Dedy Wijaya)