Di tengah pandemi COVID-19 hampir semua masyarakat merasakan dampak luar biasa. Bukan saja kesehatan, ekonomi, serta pendidikan pun tercabik. Terlebih dana pendidikan yang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari untuk memberikan kepastian pendidikan layak bagi anak pun sampai hari ini masih bermasalah. Bumiputera tidak lagi konsisten, banyak nasabah kecewa karena uang yang dititipkan dan dikelola Bumiputera untuk pendidikan, pensiun dan lain-lain tidak jelas jluntrungnya.
Persoalan Bumiputera telah mencuat secara nasional. Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) angkat bicara dan mendesak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk segera menyelesaikan permasalahan dari perasuransian yang menimpa Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera. Sebab, permasalahan ini telah menyebabkan banyak kerugian bagi masyarakat luas.
Dilansir dari wartaekonomi, Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo menyampaikan, “Lebih mirisnya lagi ada pemegang polis yang tak bisa mencairkan asuransi pendidikan untuk anaknya. Hal itu menyebabkan pemegang polis tak hanya mengalami kerugian materil, namun juga inmateril”.
Sampai dengan Desember 2019, total aset AJB Bumiputera 1912 hanya Rp 10,28 triliun, kondisi keuangan defisit Rp 23 triliun, dengan jumlah tunggakan klaim mencapai Rp 4,2 triliun. Hal itu, kata dia, potensi klaim di tahun 2020 diperkirakan mencapai Rp 5,4 triliun.
"Ini menunjukkan ada yang salah dalam mekanisme pengawasan, karenanya OJK harus menunjukan kinerjanya agar publik tidak meragukan keberadaannya. Ketidakmampuan membayar klaim nasabah sudah menjadi pertanda besar adanya kesalahan dalam mengelola perusahaan. Bahkan lebih jauh lagi, bisa jadi ada tindakan pelanggaran hukum yang perlu diusut”, imbuh Bambang.
Nasabah Bumiputera di Pacitan pun merasakan hal yang sama. Deny, salah satu nasabah Bumiputera menyayangkan ketidaktransparanan mereka yang mengelola Bumiputera di Pacitan. “Begitu saya membaca pemberitaan di media, saya mencoba telusuri dan tanyakan ke kantor Bumiputera di Pacitan dan pada akhirnya saya memutuskan untuk putus kontrak. Klaim saya ajukan akhir 2018 tetapi sampai sekarang belum ada realisasinya."
Bambang Soesatyo juga mendesak manajemen AJB Bumiputera 1912 untuk terbuka kepada para pemegang polis. Sebagai perusahaan asuransi berbasis badan hukum mutual, keterbukaan kondisi keuangan adalah kunci utama agar perusahaan bisa keluar dari kemelut. Pemegang polis juga harus tahu kondisi keuangan yang sesungguhnya yang terjadi, karena untung dan rugi perusahaan mereka jugalah yang menanggungnya.