Halopacitan, Pacitan—Gelombang tinggi yang terjadi pada akhir Juli lalu memang sangat berdampak pada nelayan. Bukan hanya tidak bisa melaut, gelombang tinggi membuat sejumlah kapal nelayan rusak hingga membutuhkan biaya besar untuk memperbaikinya.
"Cukup berdampak selain tidak bisa melaut, harus berbenah karena ada beberapa kapal yang rusak diterjang ombak, ya kalau kerugian bisa mencapai kisaran Rp 100 jutaan per kapal," ujar Amin (50), salah satu nelayan di Pacitan saat ditemui Halopacitan Senin, (07/08/2018).
Meski demikian, sejak seminggu terakhir nelayan pun sudah mulai kembali melaut, walaupun saat ini ikan diperoleh nelayan masih sedikit.
"Ikannya masih sepi, soalnya habis badai dan anginnya masih kencang sehingga ikannya belum begitu banyak yang muncul," tambah Amin,
Biasanya, lanjut Amin, Bulan Juli-Agustus ini memang lagi musim angin kencang dan ikan pun belum begitu banyak. "Biasanya setelah Agustus akan mulai stabil karena angin mulai tidak begitu kencang," imbuhnya
Dia mengatakan untuk kapal kecil, sekali melaut biasanya mendapatkan sekitar satu kwintal, tapi kalau yang khusus dari pelabuhan kira-kira 200 mil biasanya 10 ton dapat kalau cuaca stabil. “Tetapi kalau sekoci paling dua sampai tiga ton," paparnya
Sementara Yusuf, nelayan lainnya mengatakan, saat ini sudah musim ikan tuna, tropong dan juga tongkol. Sedangkan untuk harga per kilogramnya pun bervareasi mulai kisaran Rp 11.000 hingga Rp. 20.000.
"Kalau sirip kuning itu harganya Rp 20.000 per kilogram, tapi kalau tropong maksimal Rp14.000, dan kalau tuna kecil itu harga per kilogramnya Rp11.000," katanya. (Sigit Dedy Wijaya)