Ternak kambing PE milik Kelompok Tani Ngudi Rahayu II Dusun Tugu Pacitan
Halo Berita

Ngudi Rahayu Bersama Si Kepala Hitam

  • Jika melintas di depan Kantor Desa Ngromo Kecamatan Nawangan, Pacitan maka di sana ada sebuah patung kambing berkepala hitam dan bertubuh putih yang terlihat mencolok. Tak heran karena kambing menjadi salah satu ikon desa.

     

     

Halo Berita
AZ

AZ

Author

Halopacitan, Nawangan—Di desa ini ada Kelompok Tani Ngudi Rahayu II yang ada di Dusun Tugu, Desa Ngromo. Seperti namanya yang berarti mencari kesejahteraan dan keselamatan, Ngudi Rahayu II beternak kambing telah membawanya menyabet peringkat II kategori kelompok peternak kambing/domba dalam Penilaian Manajemen Usaha Kelompok Peternak dan Petugas Berprestasi Tingkat Nasional di tahun 2016.

Sebelumnya, kelompok tani ini mendapat Juara I lomba Kelompok Agribisnis Peternakan Komoditi Kambing/Domba Tingkat Provinsi Jawa Timur di tahun 2015.

Bukan kambing biasa yang mereka pelihara, melainkan kambing Peranakan Etawa atau dikenal dengan kambing PE. Dengan anggota 53 orang, jumlah kambing PE yang dipelihara oleh anggota kelompok ini mencapai lebih dari 400 ekor.

"Satu orang ada yang pelihara 8 ekor, 10 ekor, ada juga yang sampai 20 ekor," jelas Suparno, Ketua Kelompok Tani Ngudi Rahayu II kepada Halopacitan Jumat (12/01/2018)

Keputusan memelihara kambing PE ini dimulai di tahun 2011. Harga yang lebih baik dan ketersediaan pakan hijauan menjadi alasan utamanya. "Ya kalau kambing biasa kan paling Rp600.000, kalau kambing PE bisa sampai Rp1,5 juta," tambah Suparno.

Lelaki yang juga menjabat sebagai Kepala Dusun Tugu ini menyebutkan bahwa harga paling tinggi adalah saat Idul Adha. Dimana kambing PE bisa dihargai hingga sekitar Rp3 juta per ekornya.

Selain menguntungkan dari segi harga, petani juga memanfaatkan kotoran kambing sebagai pupuk. Suparno menilai bahwa hasil pertanian mereka, utamanya jahe, jauh lebih baik dengan menggunakan pupuk organik. Kelompok ini juga tak jarang mendapat permintaan bibit jahe untuk daerah lain.

Kini, kelompok tani ini memiliki beberapa aset yang dikelola seperti kios pupuk, sewa traktor serta alat pencampur semen (molen) yang menjadi tambahan pendapatan kelompok. Suparno mengaku bahwa kelompoknya dapat berkegiatan tanpa bantuan dana dari pemerintah.

Untuk meningkatkan kemandirian kelompoknya, Suparno sedang merencanakan untuk memelihara kambing PE perah.

"Karena kalau untuk kompetisi, harganya bisa saja turun mengikuti tren," jelasnya ketika ditanya alasannya memilih kambing perah. (Anita Bidaryati)