Halopacitan, Pacitan— Seorang warga sebut saja namanya Anton mengaku saat hendak berobat di RSUD dr. Darsono Pacitan pada 27 November 2018 lalu dia mendapat nomor antrean 244.
"Saya datang sekitar pukul 08.30 WIB, dapat nomor 244 pikir saya mau selesai jam berapa nanti?” katanya mengawali cerita.
Di saat menunggu antrean yang begitu panjang, Anton mengaku didatangi seorang ibu yang memegang antrean nomor 178 dan menawarkannnya kepadanya untuk dibeli. “Bahkan dia juga menawarkan lagi ada yang lebih rendah 168 nomornya, tapi bayar Rp. 20.000," ujarnya kepada Halopacitan Minggu (02/11/2018).
Anton menambahkan, bahwa hal tersebut tentunya sangat merugikan pasien yang benar benar-benar mau berobat. Dia juga berharap pihak rumah sakit untuk memperbaiki sistem antrean, agar tidak terjadi hal-hal tersebut dikemudian hari.
"Saya juga lihat nomor antrean yang ditunjukkan ke saya ada sekitar lima lembar yang dikeluarkan dari tasnya. Kalau gitu kan kasihan bagi pasien yang benar-benar mau berobat kalau nomor antrean rendah sudah diambil orang yang tidak berobat dan dikomersilkan seperti itu. Mudah-mudahan pihak RS segera membenahi sistem nomor antrean," tambahnya.
Direktur RSUD dr. Darsono Pacitan, dr. Iman Darmawan, M.Si membenarkan jika ada warga yang mengkomersilkan nomor antrean tersebut. Menurutnya hal tersebut di luar koridor atau tanggung jawab dari pihak rumah sakit.
"Yang jualan itu kemungkinan ada benarnya, karena pada waktu dia masuk dan ambil nomor antrean bisa lebih dari satu dua nomor, mungkin alasannya ambilkan saudara, tetangga dan sebagainya. Kalau dikomersilkan saya tidak mengetahui, karena itu di luar koridor rumah sakit," ujarnya, Senin (03/11/2018).
Pihaknya juga akan segera merubah terkait sistem nomor antrean di RSUD agar pelayanan ke masyarakat ke depan lebih baik. Ia mencontohkan seperti di kota lain, nomor antrean dibagi masing-masing poli dan bukan secara global.
"Pengin saya nanti ke depan nomor itu sudah ada keterangan mau ke Poli mana, misal nomor antrean umum 186 bawahnya ada keterangan nomor Poli 16 atau lainnya," katanya.
Sementara, Suyatmi, Kepala Seksi Informasi dan Pengaduan RSUD dr. Darsono menambahkan, terkait pelayanan nomor antrean pihaknya sangat berterimakasih mendapat masukan agar ke depan lebih baik, dan berencana akan mengembangkan terkait sistem nomor antrean.
"Kita akan kembangkan lagi bersama teman-teman ke depan, agar orang lihat angka itu tidak malas, apalagi kalau angka itu tinggi. Mungkin nanti mekanismenya setelah pendaftaran akan langsung terpilah sesuai poli dan juga urutan nomornya," ujarnya.
Dia juga menyarankan pasien untuk menggunakan aplikasi WhatsApp untuk pendaftaran yang menurutnya semakin hari semakin banyak digunakan. Sistem ini bisa meminimalisasi penjualan nomor antrean.
"Istimewanya yang daftar melalui WhatsApp satu hari sebelumnya, dokumen rekam medis itu sudah disiapkan oleh teman-teman yang jaga, jadi pelayanan akan lebih cepat," imbuhnya.